Bagikan:

JAKARTA - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga angkat suara soal pernyataan ekonom Faisal Basri yang memperkirakan balik modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung butuh waktu 139 tahun.

Ia menilai seharusnya Faisal Basri lebih komprehensif dalam melakukan perhitungan.

Lebih lanjut, Arya mengatakan, Faisal juga tidak memasukkan potensi kenaikan pendapatan masyarakat dalam perhitungannya.

Termasuk dengan peningkatan ekonomi Indonesia, dan juga kemampuan daya beli masyarakat yang semakin meningkat di masa mendatang.

“Harus lihat juga inflasi, kenaikan pendapatan terjadi kondisi ekonomi ada perubahan makro semakin bagus, rakyat semakin makmur dan sejahtera sehingga kemampuan daya beli tinggi,”ucap Arya di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, 18 Oktober.

Contohnya, sambung Arya, harga tiket kereta pada 1970 yang tentu berbeda dengan tarif kereta saat ini.

Bahkan, kata Arya, harga tiket tahun ini juga akan berbeda dengan tahun 2090 mendatang.

Karena itu, Arya menyebut kesalahan dalam perhitungan ini merupakan hal yang tidak bijaksana dalam melihat manfaat dari kehadiran proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh ini.

“Apakah harga tiket akan sama pada 2023 dengan 2090? Faisal Basri hitungnya sama, makanya hitungannya dia tidak akan satu abad tidak akan tercapai,” tutur Arya.

Sebelumnya, ekonom senior Indef Faisal Basri mengatakan berdasarkan hitung-hitungannya balik modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Jika kereta terisi 100 persen dalam satu rangkaian ada 601 orang penumpang yang naik pada pukul 05.00 hingga 22.00, maka akan ada 36 kali perjalan.

Komponen lainnya tarif sekali jalan Rp300.000 dan keret beroperasi sepanjang tahun yakni 365 hari. Lalu, nilai investasi setelah pembengkakan biaya menjadi 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp114 triliun dengan asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS.

Jika tempat duduk terisi penuh 601 orang, dikali dengan jumlah perjalanan 36 dikali 365 hari dan dikali tarif Rp300.000, maka dibutuhkan waktu untuk proyek ini balik modal adalah 48,3 tahun.

Sementara jika terisi 75 persen, maka proyek ini baru bisa balik modal selama 64 tahun. Sedangkan, jika dalam satu hari hanya ada 30 perjalanan maka baru akan balik modal 77,3 tahun.

Bahkan, kata Faisal, jika tarif diturunkan di angka Rp250.000 untuk satu kali perjalanan karena tidak laku, maka proyek ini baru bisa balik modal 92,7 tahun.

Kata dia, jika tingkat keterisian penumpang hanya 50 persen dengan 30 perjalanan dan harga tiket dibanderol Rp250.000, maka dibutuhkan waktu selama 139 tahun untuk balik modal.