Faisal Basri Sebut Kereta Cepat Tak Akan Balik Modal, Erick Thohir: Itu Tidak Keliru, tapi Saya Tidak Mau Berdebat karena Saya Bukan Ahli Ekonomi
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Dok. Kemenko Perekonomian)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merespons pernyataan ekonomi Faisal Basri yang menyebut bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) tidak akan balik modal hingga kiamat. Erick melihat anggapan tersebut tidak keliru. Menurut dia, proyek tersebut memang tidak akan balik modal dalam waktu yang cepat.

Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa investasi infrastruktur memang bersifat jangka panjang. Kata dia, manfaat proyek KCJB pun akan dirasakan bukan sekarang namun dalam waktu 30 hingga 40 tahun lagi.

Meski demikian, sebuah negara membutuhkan pengembangan infrastruktur yang akan bermanfaat bagi lalu-lintas warganya pada masa mendatang.

"Ya memang (manfaat) proyek infrastruktur itu lama. Kita enggak akan merasakan sampai kita meninggal, mungkin yang menikmati anak dan cucu kita," ucapnya dalam acara Kick Andy Show, dikutip Senin, 15 November.

Erick mengaku bahwa tidak menyalahkan pandangan Faisal Basri. Namun, dalam proyek harus dipikirkan supply dan demand. Karena itu, dia mengaku tak ingin berdebat.

"Saya enggak bilang pengamat itu salah. Tapi harus ada pemikiran supply dan demand. Saya enggak mau debat, karena saya bukan ahli ekonomi," jelasnya.

Menurut Erick, melihat persoalan kereta cepat tak bisa hanya dari satu sisi. Manfaat kereta cepat, kata dia, harus dilihat dari berbagai sudut pandang dalam kaca mata ekosistem transportasi yang utuh.

Lebih lanjut, Erick memberikan satu contoh negara yang berhasil menjadi negara maju dengan dukungan infrastruktur yakni Korea Selatan. Menurut dia, Korea Selatan sejak 1960-an sudah menghabiskan seluruh APBN mereka untuk membangun infrastruktur. Padahal, saat itu negara tersebut masih miskin usai dilanda perang.

Erick Thohir mengatakan bahwa langkah tersebut yang menjadi salah satu faktor yang membuat Korea Selatan kini menjadi negara yang maju.

"Nah kita juga mesti melihat perspektifnya sama. Konteksnya jangka panjang," ujarnya.

Sebelumnya, Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengkritik sejumlah proyek infrastruktur transportasi yang dibangun pemerintah. Adapun proyek yang dimaksud yakni bandar udara (bandara), pelabuhan hingga kereta cepat.

Faisal mengatakan proyek-proyek infrastruktur tersebut dianggap mubazir karena tidak akan menguntungkan namun investasinya sangat besar. Karena itu, ia menilai, pemerintahan saat ini sangat boros, bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan negara.

"Dibangun proyek yang gak karu-karuan proyek kereta cepat lah yang tadinya business to business sebentar lagi mau disuntik pakai APBN. Kertajati lebih baik barangkali jadi gudang ternak saja, pelabuhan Kuala Tanjung dibangun dekat Belawan, LRT Palembang, sekadar beberapa saja yang saya sampaikan, jadi ini menurut saya kesimpulannya sudah salah pucuk pimpinan," katanya dalam diskusi virtual, Rabu, 13 Oktober.

Lebih lanjut, Faisal juga menyinggung bahwa sebentar lagi rakyatlah yang akan membiayai proyek tersebut.

"Bentar lagi rakyat membayar Kereta Api Cepat yang barangkali ongkosnya Rp400 ribu sekali jalan dan diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal," tuturnya.