JAKARTA - Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah terkait dengan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp4,3 triliun dan komitmen pendanaan dari China Development Bank (CBD).
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan PMN tersebut diberikan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku leading atau pimpinan konsorsium BUMN atau PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
"Masuknya investasi pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN) kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku leading konsorsium itu bakal mengakselerasi pengerjaan proyek setelah sempat tersendat akibat dampak pandemi COVID-19," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa, 2 November.
Secara terperinci, Slamet mengatakan, struktur pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari nilai proyek dibiayai oleh China Development Bank (CDB) dan 25 persen dibiayai dari ekuitas konsorsium. Dari 25 persen ekuitas, 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas.
"Sehingga pendanaan dari konsorsium Indonesia ini sekitar 15 persen dari proyek. Sedangkan sisanya sebesar 85 persen dibiayai dari ekuitas dan pinjaman pihak China, tanpa adanya jaminan dari Pemerintah Indonesia," tuturnya.
Seperti diketahui, Kereta Cepat Jakarta-Bandung masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun melalui kerja sama Indonesia dan China. Pengerjaan proyek ini menggunakan teknologi tinggi sehingga bisa menjadi suatu lompatan yang baik bagi Indonesia.
Terlebih, kedua negara yakni Indonesia dan China juga telah melakukan transfer knowledge sehingga para pekerja di Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya.
BACA JUGA:
"Progres pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung kini sudah mencapai lebih dari 79 persen," ucapnya.
Bahkan saat ini, kata Slamet, rangkaian kereta atau Electric Multiple Unit (EMU) untuk proyek tersebut sudah memasuki tahap produksi di pabrik China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang di Qingdao, China, dengan sistem manajemen mutu terstandarisasi internasional ISO 9001.
Sekadar membandingkan, proyek serupa juga dibangun di India oleh konsorsium perusahaan asal Jepang. Akan tetapi, pengerjaan kereta cepat 508 kilometer itu macet. Dilansir Indian Express, macetnya kereta cepat itu akibat imbas pandemi COVID-19. Alhasil, pengerjaan proyek itu mundur dari rencana awal 2023 menjadi 2028.