JAKARTA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo memastikan pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh sudah berhasil tertutupi.
Sekadar informasi, cost overrun atau pembengkakan biaya proyek kereta cepat pertama di Indonesia ini mencapai 1,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp18,76 triliun.
“Jadi kalau cost overrun sudah tertutupi,” ujarnya usai menghadiri perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Candi Bentar Hall, Putri Duyung Ancol, Jakarta Utara, 19 Februari.
Tiko sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan ada tiga sumber pendanaan untuk menutup pembengkakan biaya proyek kereta cepat tersebut. Pertama, pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Lebih lanjut, Tiko bilang pinjaman tersebut dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dan nilainya sebesar 448 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp6,99 triliun (asumsi kurs Rp15.626 per dolar AS).
Tiko mengatakan pinjaman dari CDB untuk menutupi cost overrun proyek kereta cepat yang diajukan KAI tersebut akan menjadi tanggungan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
“Ini kan sebenarnya kan pinjaman dari CDB ini untuk ke KAI, untuk injeksi, nantinya sebagai bentuk pinjaman pemegang saham kepada PT KCIC. Jadi ini kemarin sudah cair, kita lagi proses menurunkan,” ujar Tiko.
BACA JUGA:
Kedua, sambung Tiko, penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp3,2 triliun untuk PT KAI (Persero) selaku pemegang saham mayoritas konsorsium BUMN di proyek tersebut.
Terakhir, suntikan dana sekitar Rp8,4 triliun berasal dari suntikan modal konsorsium China di proyek tersebut, yakni Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
“Itu cukup, jadi nanti kita memang tinggal tunggu setoran ekuitas dari pihak Beijing Yawan saja. Jadi sudah cukup terpenuhi sebenarnya, sudah,” tuturnya.
Tiko juga memastikan suntikan dana dari Beijing Yawan untuk menutupi cost overrun tersebut bukanlah utang yang harus ditanggung KAI ataupun konsorsium BUMN.
“Enggak, bukan (utang),” ujar Tiko.