JAKARTA - Lee Wong, seorang politikus Ohio, Amerika Serikat (AS) diserang secara rasial baru-baru ini. 'Ke-Amerika-an' Lee Wong dipertanyakan karena fisiknya yang Asia. Menjawab serangan itu, Lee berbicara di hadapan publik, menunjukkan betapa Amerikanya dia dengan sejumlah luka perang di badannya. Perang untuk AS.
Aksi Lee Wong viral dalam bentuk video. Di tengah pertemuan Dewan Pengawas West Chester, Lee Wong melepas jaket dan membuka kancing bajunya.
"Orang-orang memertanyakan patriotisme saya, bahwa saya tidak cukup terlihat seperti orang Amerika," kata Lee Wong dengan tangan menunjuk ke wajahnya.
"Saya ingin menunjukkan sesuatu kepada Anda karena saya tidak takut. Saya tidak harus hidup dalam ketakutan, intimidasi, atau penghinaan."
Ketika kancing baju tersibak, tampak bekas luka panjang membentang di dada Lee Wong. "Ini buktinya. Ini dipertahankan melalui pengabdianku di militer AS. Sekarang, apakah patriot ini cukup?" tutur Lee Wong.
"Prasangka adalah kebencian," kata Lee Wong sambil mengancingkan kembali baju bajunya. "Dan kebencian itu bisa diubah. Kita adalah manusia. Kita harus lebih ramah, lebih lembut satu sama lain. Karena kita semua sama. Kita adalah satu manusia di Bumi ini."
Lee Wong telah 20 tahun menjadi anggota aktif Angkatan Darat. Pria 69 tahun itu bertutur, ia datang ke AS selepas SMA, ketika usianya 18 tahun. Lee Wong kemudian menjalani 20 tahun pengabdiannya di Angkatan Darat.
Ada alasan kuat kenapa Lee Wong memutuskan membuka bekas luka di badannya. "Waktunya tepat mengingat apa yang terjadi di negara ini. Saat itu, saya tidak tahu apa yang terjadi pada saya ... Aku hanya tahu aku harus mengatakan sesuatu," kata Wong, berbicara kepada The Cincinnati Enquirer.
Video pidato Lee Wong diunggah pada Jumat, 26 Maret oleh reporter Associated Press, James LaPorta. Video itu mendapat respons luar biasa. Hingga Selasa siang, 30 Maret, video sudah ditonton 4,8 juta kali, dengan 54.7 ribu Retweets dan 205,6 ribu Likes.
Lee Wong, an elected official in West Chester, Ohio & @USArmy veteran with 20-years of service, took his shirt off during a town hall meeting on Wednesday and revealed scars he received during his service. “Is this patriot enough?” he asked #StopAsianHate https://t.co/3nCwTlVGxD pic.twitter.com/0R1TX3MTtp
— James LaPorta (@JimLaPorta) March 26, 2021
Asian Hate di Amerika Serikat
Pidato Lee Wong menyebar masif di tengah meningkatnya rasisme, intimidasi, serta kekerasan terhadap orang-orang Asia di AS. Media dan publik menyebutnya dengan "Asian Hate."
Pada 16 Maret, delapan orang tewas dalam penembakan di tiga spa di kawasan Atlanta. Sehari berselang, seorang wanita Asia-Amerika berusia 75 tahun bernama Xiao Zhen Xie diserang pria kulit putih di San Fransisco, California.
Penyerangan Xiao Zhen juga sempat jadi topik utama karena wanita itu sempat melawan tersangka dengan papan kayu. Penyerang Xiao Zhen kemudian ditangkap.
Namanya Steven Jenkins. Sebelum menyerang Xiao Zhen, Jenkins juga diketahui menyerang orang tua Asia-Amerika lain bernama Ngoc Pham, 83 tahun.
Laporan Stop AAPI Hate memaparkan gambaran lebih luas soal Asian Hate di AS. Menurut laporan itu, ada sekitar 3.800 insiden kebencian yang terjadi selama pandemi.
Dikutip dari People, studi statistik kepolisian juga menunjukkan tingginya peningkatan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika yang mencapai 150 persen di tahun 2020. Laporan lain yang diterbitkan Center for the Study of Hate and Extremism di California State University, San Bernardino, menganalisis data tentang kejahatan kebencian pada 2019 dan 2020 dari pihak berwenang di 16 kota terbesar di AS.
Studi itu menemukan bahwa gelombang pertama kekerasan terhadap Orang Asia-Amerika terjadi tahun lalu, ketika kasus COVID-19 mulai melonjak di bulan Maret dan April. Temuan menunjukkan bahwa Kota New York mengalami peningkatan terbesar dalam kejahatan kebencian anti-Asia, dengan rincian peningkatan dari tiga kasus pada 2019 menjadi 28 di 2020.
*Baca Informasi lain soal RASISME atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.