Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) menentang pemboikotan Piala Dunia 2022. Meski begitu Jerman berkomitmen bersama dengan tim sepak bola nasionalnya mendukung hak-hak pekerja migran di Qatar.

Hal itu dijelaskan Presiden DFB Fritz Keller, Jumat, 26 Maret. Tim Jerman berbaris sebelum kickoff dalam pertandingan pembukaan kualifikasi Piala Dunia melawan Islandia di Duisburg pada Kamis, 25 Maret.

Mereka mengenakan baju bergambar deretan huruf bertuliskan "HAK ASASI MANUSIA." Norwegia melakukan protes serupa pada Rabu, 24 Maret menjelang pertandingan di Gibraltar.

Saat itu para pemain Norwegia mengenakan kaos bertuliskan: Hak Asasi Manusia, di dalam dan di luar lapangan.

Isu kematian pekerja migran

Inisiatif tersebut muncul setelah sebuah laporan yang ditulis surat kabar Inggris The Guardian menyebut setidaknya 6.500 pekerja migran meninggal dunia di Qatar sejak negara tersebut memenangi hak menggelar Piala Dunia 2022 sepuluh tahun lalu.

Klub papan atas Norwegia, Tromso telah meminta federasi sepak bola negaranya memertimbangkan pemboikotan Piala Dunia setelah The Guardian menerbitkan laporannya. Tapi Keller menentang langkah tersebut.

"Qatar telah memulai beberapa reformasi dan telah ada kemajuan yang terlihat --meskipun masih ada hal perlu dilakukan-- yang berpotensi boikot dapat dibatalkan," katanya dalam sebuah wawancara yang publikasikan di situs resmi DFB.

"Saya berharap dapat mendorong perubahan konkret, dan menerapkannya sebelum memberikan Piala Dunia kepada negara seperti Qatar, di mana ada beberapa hal yang masih perlu diubah," tambah Keller.

"Sebaliknya, Qatar dianugerahi Piala Dunia sebagai semacam lompatan keyakinan, dengan harapan itu akan membantu membawa perbaikan."

Manajer Belgia Roberto Martinez mengatakan kepada CNN bahwa akan menjadi "kesalahan besar" untuk memboikot putaran final Piala Dunia.

DFB menggemakan sikap pemerintah Jerman sebelumnya ketika seorang juru bicara mengatakan kepada wartawan "tim nasional adalah bagian yang baik dari Jerman dan oleh karena itu bagus ketika mereka berkomitmen pada nilai-nilai demokrasi liberal kita."

Keller menambahkan: Kita harus mempertahankan nilai-nilai kita, yang tertulis dalam undang-undang kita, dan membiarkan suara kita didengar setiap saat. Jika seseorang tidak dapat mendukung pernyataan hak asasi manusia, mereka perlu segera menyesuaikan kembali moral mereka.

"Setiap pemain bermimpi bisa bermain untuk negaranya di Piala Dunia sejak usia muda, tetapi pada saat yang sama, tentu saja, mereka tahu bahwa Anda tidak bermain-main dengan hak asasi manusia.

"Mereka tidak dapat dinegosiasikan dan dapat diterapkan secara universal, di seluruh dunia. Inilah yang menarik perhatian para pemain nasional."

Pada Kamis, 25 Maret, perwakilan penyelenggara Piala Dunia Qatar mengatakan mereka "selalu transparan tentang kesehatan dan keselamatan pekerja".

"Sejak pembangunan (stadion) dimulai pada 2014, ada tiga kematian terkait pekerjaan dan 35 kematian yang tidak terkait pekerjaan," tambah perwakilan itu.

*Baca Informasi lain soal SEPAK BOLA atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian.

BERNAS Lainnya