Bagikan:

JAKARTA - Delapan orang, enam di antaranya wanita keturunan Asia, ditembak mati dalam serangkaian serangan spa di Atlanta, Amerika Serikat, pada Selasa 16 Maret waktu setempat. 

Penembakan dimulai sekitar jam 5 sore waktu setempat, saat empat orang tewas dan satu luka-luka dalam penembakan di Young's Asian Massage, Cherokee, Georgia, Atlanta

"Dua wanita keturunan Asia termasuk di antara yang tewas di sana, bersama dengan seorang wanita kulit putih dan seorang kulit putih. Sementara, korban yang masih hidup adalah seorang pria Hispanik," jelas Kapten Jay Baker dari Departemen Sheriff Cherokee, Georgia melansir Reuters.

Di Atlanta, ibu kota negara bagian, petugas polisi menerima panggilan perampokan sedang berlangsung, tak lama sebelum jam 6 sore. Tiba di salon kecantikan Gold Spa, polisi menemukan tiga wanita ditembak mati.

"Saat menyelidiki laporan penembakan awal, para petugas dipanggil dari spa di seberang jalan lokasi pertama, di mana seorang wanita keempat ditemukan tewas karena luka temba. Keempat korban yang terbunuh di Atlanta adalah keturunan Asia," kata Kepala Polisi Rodney Bryant.

Polisi yang bergerak cepat dengan menyebarkan deskripsi dan pelat nomor kendaraan yang terlibat dalam serangan tersebut, untuk kemudian berhasil mengamankan Robert Aaron Long yang berasal dari Woodstock, Cherooke sekitar pukul 8.30 malam di Crisp County, sekitar 240 kilometer di selatan Atlanta.

Dia ditangkap tanpa perlawanan, setelah pengejaran di jalan raya oleh polisi negara bagian Georgia dan deputi Sheriff Crisp County, yang menggunakan manuver taktis untuk menghentikan kendaraan tersangka.

Baker mengatakan kepada Reuters melalui telepon, penyelidik sangat yakin tersangka yang sama adalah pria bersenjata dalam ketiga penembakan tersebut. Sementara, Departemen Kepolisian Atlanta mengatakan, tersangka terkait dengan semua serangan dengan bukti video dari TKP.

Namun, penyelidik masih bekerja untuk memastikan penembakan di Atlanta dan Kabupaten Cherokee ada kaitannya. Pihak berwenang juga belum menentukan motif penembakan, serta apakah korban penembakan karena sasaran tindakan rasisme. 

Untuk diketahui, kekerasan di Georgia terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden mengutuk lonjakan kejahatan kebencian dan diskriminasi terhadap orang Asia-Amerika yang disiarkan secara nasional.

"Ini akan mengganggu sekali, apalagi jika ternyata terkait dengan faktor anti-Asia dan penyebab COVID-19," sebut saksi mata Gregory Welch yang tinggal di kawasan tersebut seperti melansir New York Times.

Kelompok hak-hak sipil sebelumnya menuding, mantan Presiden Donald Trump berkontribusi terhadap kebencian dan diskriminasi orang Asia-Amerika, dengan berulang kali menyebut virus corona sebagai 'virus China', karena pertama kali muncul di China.