Keuangan Vatikan Merosot hingga Paus Harus Potong Gaji Para Kardinal
Paus Fransiskus (Instagram/@popefrancis)

Bagikan:

JAKARTA - Paus Fransiskus memutuskan pemotongan gaji para kardinal dan rohaniawan. Perintah itu disampaikan Paus Fransiskus sebagai upaya Vatikan menjaga keseimbangan pembukuan selama pandemi COVID-19.

Mulai April, gaji para kardinal akan dipotong sepuluh persen. Mereka diperkirakan menerima gaji sebesar 5.900 atau sekitar Rp85 juta per bulan serta akomodasi bersubsidi.

Vatikan mengestimasi defisit 50 juta euro atau lebih dari Rp853 miliar tahun ini. Pemasukan mereka turun pesat akibat penutupan museum dan tempat wisata lain selama pandemi.

Meski begitu Paus menegaskan tak ingin memecat orang di masa ekonomi yang sulit. Pemotongan gaji itu ditetapkan lewat dekrit.

Isi dekrit itu dijelaskan lewat surat apostolik, yang isinya memberitahukan perihal pemotongan gaji secara proporsional per 1 April.

Dampak COVID-19 bagi keuangan Vatikan

Sebelumnya Vatikan telah mengumumkan dampak negatif keadaan darurat kesehatan akibat COVID-19 terhadap segala sumber pendapatan Takhta Suci --badan pimpinan Gereja Katolik Roma-- dan Vatikan.

Paus juga telah menerbitkan undang-undang (UU) baru yang dirancang untuk meningkatkan transparansi terkait keuangan Vatikan. Hal ini dilakukan menyusul serangkaian skandal di bank Vatikan dan adanya klaim salah urus.

Terkait pemotongan gaji, surat apostolik juga menyebut keputusan itu diambil demi "melindungi berbagai pekerjaan yang sedang berlangsung saat ini."

Dikutip BBC, banyak analis dan pers melihat keputusan itu dilakukan Paus untuk melindungi nasib para pekerja biasa. Banyak kardinal yang berbasis di Vatikan menetap di sana atau di apartemen di Roma dengan harga sewa di bawah harga pasar.

Tidak sedikit pastor dan suster Vatikan tinggal di dalam komunitas religius yang memberi mereka perlindungan lebih besar dari kemerosotan ekonomi. Sebagian besar kardinal diyakini menerima gaji hingga sekitar Rp85 juta setiap bulan dan sering mendapat akomodasi bersubsidi.

Di sisi lain, pegawai biasa Vatikan, seperti polisi, petugas kebersihan dan bagian pemeliharaan, tinggal di Roma dan menghadapi biaya hidup yang lebih tinggi. Juru bicara Vatikan, yang dikutip kantor berita Reuters mengatakan sebagian besar karyawan awam tidak akan terpengaruh kebijakan pemotongan gaji.

Awal bulan Maret, pejabat tinggi ekonomi Vatikan memeringatkan Takhta Suci soal kemungkinan mereka harus menggunakan 40 juta euro sebagai cadangan untuk tahun kedua berturut-turut sebagai akibat dari pandemi.

Pendapatan tahun ini diperkirakan turun 30% dari tahun 2020. Tempat tujuan wisata populer, Basilika Santo Petrus dan Museum Vatikan ditutup atau hanya sebagian dibuka pada tahun lalu lantaran pandemi.

Vatikan berharap dapat membuka kembali museum pada bulan ini. Tetapi kebijakan lockdown di seluruh Italia berarti mereka harus tetap tutup.

*Baca Informasi lain soal VATIKAN atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.

BERNAS Lainnya