JAKARTA - Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) mendakwa tiga peretas Korea Utara. Mereka disebut berkonspirasi dengan pemerintah Korea Utara untuk mencuri cryptocurrency senilai 1,3 miliar dolar AS lebih. Salah satu tujuan mereka adalah membalas film The Interview.
Ketiganya disebut bagian dari kelompok intelijen militer Korea Utara yang dikenal sebagai Reconnaissance General Bureau. Dikutip The New York Times, tiga peretas itu dilaporkan kabur dengan barang bukti serius yang mengindikasikan mereka sebagai bagian dari operasi yang lebih besar untuk menyalurkan uang diam-diam ke pemerintah Korea Utara.
Korea Utara memang tengah berjuang secara finansial akibat sanksi. “Cryptocurrency benar-benar mengubah cara sanksi dilakukan dan efektivitasnya,” kata Stephanie T. Kleine-Ahlbrandt, seorang peneliti di sebuah wadah pemikir bernama Henry L. Stimson Center.
Menurut pemerintah AS, ketiganya berhasil mencuri setidaknya 112 juta dolar AS, di mana 11,8 juta di antaranya mereka dapat dari sebuah perusahaan keuangan berbasis di New York yang tak disebut namanya. Para peretas juga menargetkan industri hiburan sebagai pembalasan atas film The Interview yang dibintangi Seth Rogen dan James Franco.
Kemarahan Korut atas The Interview
Korea Utara memang marah besar ketika The Interview akan diluncurkan. Pada 2014, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyampaikan pernyataan bahwa distribusi film tentang upaya pembunuhan Kim Jong Un adalah tindakan perang.
Korea Utara tidak merinci judul filmnya. Namun, beberapa bulan setelah hari itu, tepatnya Oktober, The Interview dirilis. The Interview memiliki alur cerita yang persis sama dengan yang dimaksud pihak Korea Utara. Korea Utara bahkan saat itu menjanjikan "pembalasan tanpa ampun."
Juru bicara itu, yang dikutip KCNA, mengatakan, "Membuat dan merilis sebuah film dengan alur cerita yang dimaksudkan untuk melecehkan kepemimpinan tertinggi kami, merupakan tindakan terorisme dan perang yang terang-terangan dan jelas tak akan dibiarkan."
Duo komedian penggemar ganja, Seth dan James berperan sebagai pembawa acara dan produser dari sebuah talkshow. Keduanya diundang ke Korea Utara untuk mewawancarai Kim Jong Un. Namun keduanya diminta oleh Central Intelligence Agency (CIA) untuk membunuh Kim Jong Un.
Kelabui otoritas
Terkait kasus pencurian ini, Departemen Kehakiman AS juga menjelaskan bahwa para peretas turut mengampanyekan spear-phishing dan penipuan cryptocurrency mereka sendiri. “Operator Korea Utara, menggunakan keyboard dan bukan senjata, mencuri dompet digital cryptocurrency alih-alih karung uang tunai, adalah perampok bank terkemuka di dunia,” kata John C. Demers, Asisten Jaksa Agung Divisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman dalam siaran pers.
Kasus ini mencerminkan perubahan lanskap kejahatan yang semula nyata kini ke dunia maya. “Kasus ini adalah contoh yang sangat mencolok dari aliansi yang berkembang antara pejabat dalam beberapa pemerintah nasional dan penjahat dunia maya yang sangat canggih,” Asisten Direktur Dinas Rahasia AS Michael R. D'Ambrosio mengatakan dalam rilisnya.
"Orang-orang yang didakwa hari ini melakukan serangkaian kejahatan keuangan dan dunia maya yang belum pernah terjadi sebelumnya: dari serangan ransomware dan kampanye phishing, hingga pencurian bank digital dan operasi pencucian uang yang canggih."