Bagikan:

JAKARTA - Jaringan pompa bensin di seluruh Iran tidak berfungsi pada Hari Selasa, dilaporkan karena serangan siber besar-besaran, menurut sumber media Iran dan Ibrani.

Belum jelas rinciannya, namun spekulasi menyebutkan serangan berasal dari Amerika Serkat, Israel, atau berbagai kelompok anti-rezim lokal Iran,

Menurut laporan, pesan yang diungah di beberapa sistem yang diretas ditujukan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara langsung, menuntut untuk mengetahui 'di mana gasnya', merujuk pada protes nasional karena kelangkaan gas pada musim gugur tahun 2019, mengutip The Jerusalem Post 26 Oktober.

Pekan lalu, Iran disebut melakukan serangan kompleks dan terkoordinasi terhadap pasukan Amerika Serikat di Suriah, menggunakan hingga lima drone bersenjata untuk menyerang garnisun Tanf, titik strategis utama di dekat perbatasan Yordania dan Irak.

Serangan itu adalah yang terbaru dari serangkaian serangan pesawat tak berawak semacam itu terhadap pasukan Amerika Serikat.

Dalam konferensi pers pada Hari Senin, Utusan Washington untuk Iran Rob Malley merujuk pada potensi tindakan Amerika Serikat yang akan datang untuk mencegah agresi Iran di kawasan itu, sementara menolak untuk mengisyaratkan tindakan apa yang mungkin dilakukan.

Washington dianggap sebagai kekuatan siber ofensif terbesar di dunia sejauh ini tetapi sering ragu-ragu untuk menggunakan kemampuan siber ofensifnya terhadap kelompok selain ISIS, karena khawatir akan serangan siber.

Di bawah pemerintahan Donald Trump, AS memang meretas operasi-operasi berbasis laut intelijen Iran tertentu untuk membuat Republik Islam mundur dari menyerang sekutu Amerika di laut.

Sementara, Pemerintahan Presiden Biden belum melakukannya hingga saat ini, karena telah berfokus pada membangun niat baik untuk saling kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015.

Sebelumnya, Israel dilaporkan meretas pelabuhan Shahid Rajaee Iran pada 9 Mei 2020, sebagai serangan balasan atas upaya serangan dunia maya Iran terhadap pasokan air Israel bulan sebelumnya.

Iran juga menuduh Mossad, AS dan berbagai badan intelijen Eropa menggunakan virus STUXNET untuk meretas fasilitas nuklir Natanz pada 2009-2010.

"Ada kemungkinan besar peretas merupakan negara atau bangsa, untuk mencapai peretasan yang luas," sebut mantan pejabat siber Shin Bet (Badan Keamanan Israel) Harel Menashri mengatakan kepada radio KAN pada Hari Selasa

Namun, beberapa bulan terakhir juga terlihat peretas amatir menyebabkan masalah besar bagi Amerika Serikat dan kekuatan Eropa dengan ransomware canggih dan serangan lainnya, dengan kepemimpinan Khamenei memiliki banyak musuh lokal dari banyak minoritas Iran.

Pada Bulan Agustus, Check Point Software Technologies mengeluarkan laporan yang menyatakan, kelompok pembangkang Iran bernama Indra mengeksekusi mega hack pada sistem kereta Iran pada 9 Juli, bukan Israel.

Check Point mengatakan, peretasan sistem kereta api Iran oleh Indra adalah "contoh bagi pemerintah di seluruh dunia, tentang bagaimana satu kelompok dapat menciptakan gangguan pada infrastruktur penting."

Yang tidak biasa dari serangan tersebut, organisasi non-negara yang menimbulkan kerusakan pada infrastruktur fisik Iran di tingkat negara-bangsa. Jika kelompok non-negara secara tradisional dianggap tidak memiliki kemampuan untuk melakukan lebih dari sekadar meretas situs web dan data, ini adalah contoh kelompok semacam itu yang menyebabkan kerusakan besar di dunia nyata.

Alat Indra menghancurkan data tanpa cara langsung untuk memulihkannya dengan menggunakan "wiper", atau malware yang dirancang untuk menghapus seluruh sistem data infrastruktur penting, membuat proses pemulihan menjadi rumit, mengunci pengguna dari mesin, mengubah kata sandi dan mengganti wallpaper menjadi pesan khusus dibuat oleh penyerang.

Untuk diketahui, bagian dari serangan itu termasuk posting pesan palsu tentang penundaan dan pembatalan kereta api di papan pajangan terminal di seluruh Iran.