Skenario Terburuk Serangan Siber Iran ke AS
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat patut waspada, apalagi Kamis, 8 Januari, Iran sudah memulai melakukan serangan rudal mereka. Iran melancarkan serangan rudal ke dua pangkalan militer AS di Irak. Namun, bukan hanya serangan fisik yang mengancam AS, melainkan serangan sibernya juga perlu diwanti-wanti. 

Dalam beberapa tahun belakangan, Iran telah memperkuat kekuatan siber mereka. Beberapa serangan siber yang pernah mereka lancarkan kepada AS berhasil membuat negara adidaya itu kelimpungan. 

Dilansir Vox, pada 2012, Iran pernah menyerang lebih dari 40 bank asal Amerika, termasuk kasus JPMorgan dan Bank of America. Serangan itu membuat bank mengalami kesulitan melayani pelanggannya. 

Pada 2012, Iran juga pernah menyusupkan malware ke jaringan salah satu perusahaan minyak terbesar Arab Saudi-Amerika, Saudi Aramco. Serangan malware itu meghapus dokumen, surat elektronik, dan fail lain sebanyak 75 persen yang tersimpan di server komputer perusahaan, dan menggantinya dengan gambar bendera Amerika yang terbakar. 

"Saya menduga mereka sudah mulai menentukan sasaran melalui kegiatan phishing yang dilakukan dengan cara merekayasa sosial yang berfokus pada sektor minyak dan gas, sektor keuangan dan jaringan listrik," kata Pensiunan Angkatan Laut Letnan Jenderal Vincent Stewart.

Dari laporan-laporan terbaru, ada indikasi pasukan siber Iran meningkatkan operasi online mereka. Mereka diduga mempersiapkan serangan kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Misalnya, dengan cara mengelabui karyawan perusahaan besar agar mendapatkan kata sandi dan informasi penting lainnya, dengan begitu mereka bisa mengakses jaringan perusahaan.

Perang siber antara Iran dan AS menurut Pakar Keamanan Internasional (Sektor Siber) Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Jakarta Adi Rio Arianto, sudah bisa disebut Perang Geometri Antarbangsa (PGA). "Karena perangnya di ranah siber terjadi balas membalas," kata Adi kepada VOI beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, AS pernah juga melakukan serangan siber ke Iran lewat Stuxnet. Serangan itu menghantam infrastruktur nuklir Iran. Namun serangan tersebut bisa terdeteksi dengan baik oleh Iran. Menurut Adi, ini bukti Iran memmiliki kemampuan siber yang sangat matang. 

Ancaman siber Iran untuk nuklir AS

Sejauh ini Iran belum pernah menggunakan kemampuan sibernya untuk tujuan militer. Iran lebih banyak menyasar ke sektor sipil. Misalnya dalam kasus pembunuhan Jenderal Iran Qassim Soleimani, Iran melakukan serangan balasan pertamanya dengan meretas situs resmi AS. Dalam serangan tersebut, Iran berusaha melumpuhkan jaringan informasi sipil. 

"Kenapa Iran melakukan ini, karena serangan ini dianggap lebih signifikan, lebih efisien, dan terorganisir, meskipun serangan rudal juga sudah dilakukan," kata Adi.

Skenario yang lebih berbahaya dari serangan siber Iran, menurut Adi, bukan tidak mungkin mereka akan menyerang infrastruktur siber yang terhubung dengan fasilitas nuklir AS. Jika hal ini terjadi, maka serang-menyerang dari dan ke infrastruktur yang terhubungan dengan jalur siber akan mendorong peristiwa yang sangat menakutkan, yaitu privatisasi Perang Nuklir antara AS-Iran.

"Ini berbahaya bagi keamanan dunia abad 21"

Adi

Menurut Adi, baik Iran maupun AS, sebenarnya bisa melakukan serangan siber yang terhubung ke nuklir. Dia berharap itu tidak akan pernah terjadi. Karena apabila hal itu terjadi, menurut Adi, perang geometri antarbangsa akan menghancurkan sebagian wilayah dunia," pungkasnya.