JAKARTA - Amerika Serikat dan Inggris pada Hari Selasa kompak memperingatkan peningkatan ancaman dunia maya dari China, dengan kepala dunia maya Washington menilai Beijing mampu menyebabkan kekacauan sedangkan London memperingatkan adanya tantangan yang menentukan zaman.
Kecemasan meningkat di Amerika Serikat dan Eropa mengenai dugaan aktivitas siber dan spionase China, hal yang dengan tegas dibantah oleh China.
"Tiongkok menimbulkan risiko dunia maya yang nyata dan semakin meningkat terhadap Inggris," kata Direktur Lembaga Penyadapan Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ) Anne Keast-Butler pada konferensi keamanan di Kota Birmingham, Inggris, dilansir dari Reuters 15 Mei.
Dia mengatakan, tanggapan terhadap aktivitas Beijing adalah prioritas utama GCHQ, dengan tindakan koersif dan destabilisasi yang dilakukan Tiongkok mengancam norma-norma internasional.
Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan pada Hari Senin, Inggris menghadapi ancaman dari "poros negara otoriter seperti Rusia, Iran, Korea Utara dan China".
Di hari yang sama, jaksa penuntut Inggris mendakwa tiga orang karena membantu dinas intelijen luar negeri Hong Kong di Inggris. Tiongkok menganggap kasus tersebut hanya rekayasa.
Inggris mengatakan pada Hari Selasa, pihaknya telah memanggil Duta Besar China untuk mengatakan serangan siber dan laporan adanya hubungan spionase tidak dapat diterima.
Keast-Butler, yang ditunjuk sebagai kepala GCHQ tahun lalu, senada dengan PM Sunak yang mengatakan beberapa tahun ke depan akan berbahaya dan transformasional.
"Rusia dan Iran merupakan ancaman langsung, tetapi China merupakan tantangan yang 'menentukan zaman'," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Siber Nasional AS Harry Coker mengatakan peretas militer Tiongkok menghindari pertahanan AS di dunia maya dan menargetkan kepentingan AS dalam "skala yang belum pernah terjadi sebelumnya".
"Dalam skenario krisis atau konflik, Tiongkok dapat menggunakan kemampuan siber mereka untuk mendatangkan malapetaka pada infrastruktur sipil dan menghalangi tindakan militer AS," katanya.
BACA JUGA:
Para pejabat AS mengonfrontasi Beijing bulan lalu mengenai kampanye spionase dunia maya yang dijuluki "Volt Typhoon", di mana peretas Tiongkok membobol puluhan organisasi infrastruktur penting Amerika, menggunakan jaringan global luas yang terdiri dari komputer pribadi dan server yang telah disusupi.
Direktur FBI Christopher Wray berpendapat bahwa hal itu terkait dengan niat Tiongkok yang lebih luas untuk menghalangi AS membela Taiwan. Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Topan Volt tidak ada hubungannya dengan Pemerintah Tiongkok.
Wang Wenbin pada Hari Selasa mengatakan, Inggris telah berulang kali membesar-besarkan tuduhan tentang mata-mata dan serangan siber Tiongkok.