Bagikan:

JAKARTA - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) sekali lagi khawatir tentang keamanan nasional, di mana China akan memanfaatkan jutaan data TikTok untuk mengontrol penggunanya.

Pendapat itu disampaikan Direktur FBI Christopher Wray selama sidang Komite Keamanan Dalam Negeri DPR kemarin, dia sangat khawatir pemerintah China dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk mengontrol jutaan data atau perangkat lunak pengguna.

Bahkan, merekan juga dapat memanfaatkan algoritme rekomendasinya yang menentukan video mana yang akan dilihat pengguna selanjutnya.

"(Ini) dapat digunakan untuk memengaruhi operasi jika mereka mau. Di bawah undang-undang China, perusahaan China pada dasarnya diharuskan dan saya akan menyingkatnya di sini, pada dasarnya melakukan apapun yang pemerintah China ingin mereka lakukan dalam hal berbagi informasi atau berfungsi sebagai alat pemerintah China,” jelas Wray.

Wray menambahkan, tentang ancaman di seluruh dunia bahwa antarmuka pemrograman aplikasi atau API, yang disematkan ByteDance di TikTok adalah masalah keamanan nasional.

Hal ini karena China dapat menggunakannya untuk mengontrol pengumpulan data jutaan pengguna atau mengontrol algoritme rekomendasi, yang dapat digunakan untuk operasi pengaruh. Artinya, pemerintah China secara teknis dapat membahayakan perangkat pribadi orang AS.

Melansir SCMP, Kamis, 17 November, Negara Paman Sam, dikatakan Wray sering kali menghadapi ancaman dunia maya dari berbagai negara. FBI telah melihat lonjakan kasus keamanan dunia maya dan karena jumlahnya meningkat, begitu pula kerumitan dalam penyelidikan.

“Kami sedang menyelidiki lebih dari 100 varian ransomware yang berbeda dan masing-masing memiliki banyak korban serta sejumlah besar ancaman baru lainnya yang ditimbulkan oleh penjahat dunia maya dan negara-bangsa," ujar Wray.

TikTok streaming video populer, yang memiliki jutaan pengguna di AS tengah menjadi perdebatan keamanan nasional yang telah berlangsung lama. Namun, aplikasi ini banyka digandrungi kaum remaja yang semakin menghindari jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.