JAKARTA - Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) memecat kepala stasiunnya di Wina, Austria, menyusul kritik terhadap manajemennya, termasuk apa yang dianggap beberapa orang sebagi respon yang tidak memadai, terkait laporan insiden 'sindrom Havana' di Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di sana, sebut Washington Post.
The Post, yang mengutip pejabat AS dan mantan pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, melaporkan tindakan itu mengirim pesan agar para pemimpin menanggapi serius sindrom Havana, serangkaian penyakit misterius yang mencakup migrain, mual, kehilangan ingatan, dan pusing.
Seorang juru bicara CIA mengatakan badan tersebut tidak mengomentari insiden atau petugas tertentu, melansir Reuters 24 September.
The Washington Post mengatakan, lusinan personel AS di ibu kota Austria, termasuk diplomat dan pejabat intelijen, serta beberapa anak karyawan AS, telah melaporkan gejala sindrom Havana tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Direktur CIA William Burns mengatakan pada Bulan Juli, sekitar 100 anggota CIA dan anggota keluarga, termasuk di antara sekitar 200 pejabat dan kerabat AS yang sakit akibat sindrom Havana.
Burns, yang ditunjuk oleh Presiden AS Joe Biden sebagai diplomat karir pertama yang menjabat sebagai Kepala CIA, mengatakan dalam wawancara National Public Radio (NPR), ia telah mendukung upaya agensinya untuk menentukan penyebab sindrom tersebut dan apa yang bertanggung jawab.
Dia membenarkan sejumlah langkah penanganan yang diambil pihaknya seperti, penunjukan seorang perwira senior yang pernah memimpin perburuan Osama bin Laden untuk mengepalai satuan tugas yang menyelidiki sindrom tersebut, hingga melipatgandakan personel tim medis yang terlibat dalam penyelidikan.
CIA juga telah mempersingkat daftar tunggu bagi orang-orang yang berafiliasi dengan CIA untuk masuk ke Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, dari delapan minggu menjadi dua minggu.
"Menurut saya, adalah kewajiban besar bagi setiap pemimpin untuk menjamin keselamatan rakyatnya. Dan ini yang akan coba saya lakukan," terang Burns mengutip Reuters dari NPR 23 Juli.
BACA JUGA:
Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh pejabat yang berbasis di Kedutaan Besar AS di Kuba pada 2016.
Burns mengatakan ada "kemungkinan yang sangat kuat" bahwa sindrom tersebut sengaja disebabkan dan Rusia dapat bertanggung jawab. Moskow membantah terlibat.
Tahun lalu, panel National Academy of Sciences AS menemukan bahwa teori yang paling masuk akal adalah bahwa "energi frekuensi radio yang diarahkan dan berdenyut" menyebabkan sindrom tersebut.