Bagikan:

JAKARTA - Kremlin menolak laporan media yang menyebutkan intelijen militer Rusia berada di balik Sindrom Havana, penyakit misterius yang melanda diplomat dan intelijen Amerika Serikat di berbagai belahan dunia.

Insider, kelompok media investigasi yang berfokus pada Rusia yang berbasis di Riga, Latvia melaporkan anggota unit intelijen militer Rusia (GRU) yang dikenal sebagai 29155, telah ditempatkan di lokasi insiden kesehatan yang dilaporkan melibatkan personel AS.

Investigasi Insider selama setahun yang bekerja sama dengan 60 Minutes dan Der Spiegel dari Jerman juga melaporkan, anggota senior Unit 29155 menerima penghargaan dan promosi untuk pekerjaan yang berkaitan dengan pengembangan "senjata akustik tidak mematikan".

"Ini sama sekali bukan topik baru, selama bertahun-tahun topik yang disebut ‘Sindrom Havana’ telah dibesar-besarkan di media, dan sejak awal topik ini dikaitkan dengan tuduhan terhadap pihak Rusia," kata juru bicara Kremlin Dmitry saat ditanya mengenai laporan tersebut, melansir Reuters 2 April.

"Tetapi tidak ada seorang pun yang pernah menerbitkan atau menyatakan bukti yang meyakinkan mengenai tuduhan tidak berdasar ini di mana pun," lanjutnya, menambahkan oleh karena itu, semua ini tidak lebih dari tuduhan media yang tidak berdasar dan tidak berdasar.

Di Washington, Pentagon mengonfirmasi seorang pejabat senior Pentagon mengalami gejala serupa dengan yang terkait dengan "sindrom Havana" selama KTT NATO di Vilnius tahun lalu.

Gejala penyakit ini termasuk migrain, mual, kehilangan ingatan, dan pusing.

Juru bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan, pejabat tersebut bukan bagian dari delegasi Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan mengajukan pertanyaan kepada komunitas intelijen mengenai masalah yang lebih luas.

Sementara itu, Kantor Direktur Intelijen Nasional mengacu pada Penilaian Ancaman Tahunan 2024 menyatakan, komunitas intelijen AS terus "meneliti secara cermat" apa yang disebut Insiden Kesehatan Anomali, namun mencatat sebagian besar lembaga menyimpulkan "sangat kecil kemungkinannya ada musuh asing yang bertanggung jawab."

Diketahui, badan-badan intelijen AS menilai gejala-gejala tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh pejabat kedutaan AS di ibu kota Kuba, Havana, pada tahun 2016, "mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak melibatkan musuh asing."

Laporan Insider mengatakan, kejadian pertama gejala "Sindrom Havana" mungkin terjadi sebelum tahun 2016.

Dikatakan "kemungkinan ada serangan dua tahun sebelumnya di Frankfurt, Jerman, ketika seorang pegawai Pemerintah AS yang ditempatkan di konsulat di sana pingsan karena sesuatu yang mirip dengan pancaran energi yang kuat".

Kongres AS meloloskan Undang-Undang Havana pada tahun 2021 yang memberi wewenang kepada Departemen Luar Negeri, CIA dan lembaga Pemerintah AS lainnya untuk memberikan pembayaran kepada staf dan keluarga mereka yang terkena penyakit tersebut selama bertugas.