Peringatkan Eropa, AS Sebut Ancaman Keamanan dari Rusia Lebih Besar Dibanding China
Ilustrasi konvoi militer Rusia. (Wikimedia Commons/Mstyslav Chernov)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia mungkin menjadi sumber tantangan keamanan yang lebih besar bagi Amerika Serikat dan Eropa dalam jangka pendek daripada China, kata Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) untuk Kebijakan Colin Kahl.

"Di tahun-tahun mendatang, Rusia sebenarnya dapat mewakili tantangan keamanan utama yang kita hadapi dalam domain militer untuk Amerika Serikat dan tentu saja untuk Eropa," Kahl pada Konferensi Militer Baltik yang diselenggarakan di Lithuania, mengutip Sputnik News 18 September.

"Rusia adalah musuh yang semakin tegas yang tetap bertekad untuk meningkatkan pengaruh globalnya, memainkan peran yang mengganggu di panggung global, termasuk melalui upaya untuk memecah belah Barat," sambungnya.

Kahl menyebut, sementara China mungkin menjadi 'ancaman yang berjalan cepat' bagi Washington dan sekutunya. Rusia mungkin menjadi masalah yang lebih besar dalam jangka pendek dilihat dari agresifitasnya Eropa, Timur Tengah, Asia, dan dunia maya.

"Terlalu sering, Moskow mengikis transparansi dan prediktabilitas, menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuannya, mendukung kelompok proksi untuk menabur kekacauan dan keraguan, merusak tatanan internasional berbasis aturan," paparnya, menambahkan AS terus memantau dengan cermat aktivitas militer Rusia di sepanjang sayap timur NATO dan di wilayah Laut Hitam

Menurut Kahl, AS akan berinteraksi dengan Rusia dari posisi kekuatan kolektif, mencatat pasukan militer AS di Eropa tetap kuat dan fleksibel, memastikan 'pencegahan yang kredibel dan efektif'.

Pada saat yang sama, Amerika Serikat tidak mengesampingkan opsi untuk melanjutkan dialog dengan Moskow, jika pemerintah Rusia mengubah perilakunya, kata pejabat Pentagon.

Untuk diketahui, Konferensi Militer Baltik adalah acara tahunan tentang keamanan yang diselenggarakan oleh kementerian pertahanan Lituania dan Akademi Militer Jenderal Jonas Zemaitis.

Tahun ini, konferensi tersebut mengambil tema 'Barat di Era Baru Persaingan Kekuatan Besar" dan berfokus pada respons transatlantik terhadap tantangan keamanan yang ditimbulkan oleh Rusia dan China.