Bagikan:

JAKARTA - China memiliki pasar yang luar biasa potensinya. Sayang kalau pengusaha Indonesia tidak coba menjajal pasar China karena punya market yang sangat besar. Kalau sudah niat, ada syarat sederhana yang perlu dimiliki.

Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun punya pesan untuk para pengusaha Indonesia yang berkeinginan melakukan ekspansi pasar ke negeri Tirai Bambu.

"Jangan mengeluh. Karena kalau sudah mengeluh, merasa susah, ya jangan masuk ke sini," kata Djauhari dalam 'IDEA Cloud Conference 2021' yang digelar secara daring dari Indonesia, Sabtu 18 September.

Kata bekas dubes Rusia ini, tidak sedikit pengusaha asal Indonesia yang mengeluh. Akibatnya, mereka gagal merambah China yang memiliki pasar dagang terbesar di dunia itu.

Birokrasi dan regulasi bisnis yang diterapkan otoritas perdagangan di China memang terbilang rumit sehingga banyak dikeluhkan oleh pengusaha Indonesia. Namun masalahnya, mengapa pengusaha negara-negara anggota ASEAN lainnya bisa merambah pasar China juga, sedangkan Indonesia masih tertinggal.

"Kalau Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura bisa, kenapa kita tidak?" kata Dubes dalam webinar yang diikuti oleh sejumlah pengusaha rintisan dari Indonesia itu.

Dubes memberikan beberapa catatan penting kepada para pengusaha yang hendak melakukan ekspansi ke China.

"Pertama, kalau ingin kerja sama dengan China, harus punya semangat kemitraan jangka panjang. Kedua, harus memahami peraturan-peraturan di China. Ketiga, rantai suplai. Beberapa provinsi punya kerja sama yang baik dengan China. Keempat, fokus pada produk-produk bernilai tambah. Dan yang terakhir, gunakan platform e-commerce," ucapnya.

Ia menyebutkan salah satu perusahaan kerupuk udang asal Indonesia yang berhasil mengeruk pendapatan setara Rp12 miliar dalam sepuluh menit dari pasar China setelah memanfaatkan aplikasi "video streaming" dalam memasarkan produknya.

Dubes juga mengingatkan para pengusaha untuk berkonsultasi dengan Inacham yang mewadahi para pengusaha Indonesia di China.

"Inacham ini punya 300 anggota perusahaan Indonesia di China. Mereka sangat paham betul regulasi-regulasi di sini," jelas Djauhari dilansir dari Antara.

Pengusaha Indonesia juga harus bisa memanfaatkan perjanjian kerja sama ekonomi internasional seperti Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) agar bisa mendapatkan manfaat nol persen bea masuk.

Total perdagangan Indonesia dengan China pada 2020 mencapai 78 miliar dolar AS. Pada semester pertama 2021 nilai perdagangan kedua negara mencapai 63,7 miliar dolar AS. Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan China. Namun pada 2020 defisit tersebut berkurang 70 persen.

"Komoditas perdagangan kita masih didominasi produk-produk UMKM makanan dan minuman," kata Dubes.