Bagikan:

JAKARTA - Komisi Eropa meluncurkan badan krisis kesehatan yang akan mengoordinasikan pengeluaran Uni Eropa senilai hampir 30 miliar euro, atau sekitar Rp502.942.084.200.000 untuk mempersiapkan pandemi di masa depan

Otoritas Kesiapsiagaan dan Respons Darurat Kesehatan (HERA) yang baru akan menilai potensi ancaman kesehatan, mempromosikan penelitian, memastikan ketersediaan produksi kritis dan membantu membangun persediaan.

Jika krisis kesehatan baru melanda, itu akan mengaktifkan pendanaan darurat dan membantu mengoordinasikan pemantauan, pengadaan dan pembelian peralatan atau perawatan medis.

Otoritas tersebut sebagian dirancang untuk menghindari pengulangan tindakan ad hoc, seperti yang diambil oleh masing-masing negara Uni Eropa pada awal pandemi COVID-19, beberapa di antaranya tidak efisien, yang lain mengorbankan anggota Uni Eropa lainnya.

Badan baru itu akan melengkapi badan kesehatan Uni Eropa lainnya, seperti Badan Obat Eropa (EMA) dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC).

Wakil Presiden Komisi Eropa Margaritis Schinas mengatakan kedua lembaga tersebut telah diperkuat, tetapi itu saja tidak cukup.

"Kedua lembaga memiliki peran yang sangat penting untuk dimainkan tetapi terutama setelah pandemi melanda kita," katanya dalam konferensi pers, mengutip Reuters Jumat 17 September.

"HERA akan menjadi instrumen utama kami untuk mengoordinasikan kesiapsiagaan dan, jika diperlukan tanggapan. Inilah yang kami lewatkan hari ini," sambungnya.

HERA, yang akan beroperasi penuh pada awal 2022, rencananya akan memiliki dana 6 miliar euro dari anggaran Uni Eropa untuk 2022-2027, dengan program lain sehingga total pengeluaran Uni Eropa untuk keamanan kesehatan menjadi hampir 30 miliar euro.

Jika ditambahkan dengan bersama dengan proyek-proyek individu anggota U ni Eropa dan bisnis, pengeluaran dapat mencapai total 50 miliar euro.