JAKARTA - Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen meminta maaf kepada Italia karena kurangnya solidaritas dari negara Eropa dalam mengatasi krisis COVID-19. Namun, pihaknya berjanji akan memberikan bantuan yang lebih besar dalam menangani dampak ekonomi di Italia.
Awal COVID-19 melanda, Italia sangat cemas atas respons Uni Eropa terhadap pandemi ini. Dimulai dari kegagalan mengirim bantuan medis, diikuti oleh penolakan negara-negara utara Uni Eropa untuk bersama meringankan biaya pemulihan.
Italia, yang mencatat lebih banyak kematian akibat COVID-19 daripada negara lain di Eropa, pada Kamis 2 April mengatakan bahwa jumlah korban meninggal akibat COVID-19 sebanyak 760 orang selama 24 jam terakhir. Hal tersebuta membuat kasus kematian di Italia berjumlah 13.915.
Dalam sebuah surat yang diterbitkan di harian Italia, La Repubblica, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa banyak negara Uni Eropa yang hanya fokus pada masalah negaranya sendiri.
“Mereka tidak menyadari bahwa kita hanya bisa mengalahkan pandemi ini bersama, sebagai satu kesatuan. Ini berbahaya dan bisa dihindari. Hari ini Eropa bersatu berada di pihak Italia," kata Ursula von der Leyen, dikutip dari Reuters, Jumat 3 Maret 2020.
Masalah utamanya adalah permintaan Italia dan delapan negara lainnya untuk mengeluarkan "obligasi pemulihan" atas nama semua negara zona euro untuk mendanai upaya pembangunan kembali ekonomi nasional yang diperkirakan akan terjun jauh ke dalam resesi.
Para pemimpin konservatif di negara-negara kaya seperti Jerman, Belanda, dan Austria sejauh ini tidak setuju pada gagasan penerbitan obligasi terhadap negara-negara yang dianggap sangat berutang budi, seperti Italia.
BACA JUGA:
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte mendesak agar negara-negara tersebut berpikir ulang atas keputusannya. Partai oposisi di Italia juga berjuang untuk mendapatkan banyak perhatian selama krisis COVID-19 dan berdebat dengan komisi Uni Eropa agar Italia dapat perhatian lebih karena kasus virus ini.
"Saya percaya bahwa setiap orang pada akhirnya akan menyadari bahkan negara-negara itu (Jerman, Belanda, dan Austria) bahwa respons Uni Eropa yang terbagi, tertib, kuat, dan cepat adalah satu-satunya solusi,. Respons yang lambat akan menjadi respons yang tidak berguna," kata PM Conte.
“Presiden Komisi Uni Eropa von der Leyen telah meminta maaf hari ini ke Italia dan masyarakat Italia. Dia bisa memikirkan hal ini lebih cepat. Dari (negara-negara) Eropa, yang kita dapatkan hanyalah kata-kata, nol substansi," kata pemimpin Liga Partai Oposisi Matteo Salvini.
Penasihat ekonomi partai itu, Claudio Borghi, mengunggah sebuah cuitan di akun Twitter resminya beserta poster era fasisme dari Perang Dunia II tentang seorang prajurit Nazi yang tersenyum dengan slogan "Jerman benar-benar temanmu ... Waktu berlalu tetapi taktiknya selalu sama," tulis Borghi.
Passa il tempo ma le tattiche sono sempre le stesse. pic.twitter.com/jSmRT4NXMd
— Claudio Borghi A. (@borghi_claudio) April 2, 2020
Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Uni Eropa akan mengalokasikan hingga 100 miliar euro (USD109,62 miliar) untuk negara-negara yang paling terkena dampak COVID-19. Bantuan tersebut termasuk untuk Italia, yang akan digunakan untuk menutupi biaya upah dan untuk mempertahankan para pekerja dari pekerjaannya.
Dia mengatakan bahwa Komisi Uni Eropa juga ingin memastikan bahwa 'setiap euro yang tersedia dalam anggaran tahunan' dihabiskan untuk mengatasi krisis COVID-19. Menggarisbawahi skala epidemi di Italia, krematorium di Milan mengumumkan pada Kamis 2 April bahwa mereka tidak akan menerima jasad lagi selama April untuk membersihkan tumpukan peti mati.