Jika Hanya Akomodir PAN, Pengamat: Maka, Mau 1.000 Kali Reshuffle Kinerja Kabinet Jokowi Tetap Biasa Saja
Presiden Joko WIdodo (Foto: Tangkapan layar)

Bagikan:

JAKARTA - Isu reshuffle kabinet kembali mencuat. Kabar beredar menyebut Presiden Joko Widodo bakal melakukan perombakan kabinet paling lambat pada awal Oktober mendatang.

Menanggapi isu tersebut, Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai reshuffle kabinet tidak penting dilakukan apabila tujuannya hanya untuk mengakomodir pihak tertentu, misalnya Partai Amanat Nasional (PAN) yang baru bergabung di pemerintahan.

"Tidak perlu reshuffle kalau menteri penggantinya itu orang biasa. Artinya, reshuffle hanya lebih pada aspek politis mengakomodir orang-orang yang berjasa pada Jokowi yang belum dikasih posisi. Kalau seperti itu tujuan reshuflle dengan maksud untuk mengakomodir PAN saya pikir gak ada gunanya, karena bisa jadi itu akan merusak soliditas kabinet yang ada saat ini," ujar Jamiluddin saat dihubungi VOI, Minggu, 12 September.

Namun, lanjutnya, jika reshuffle untuk meningkatkan kinerja kabinet, tentu sangat didukung meski dilakukan ditengah masa pandemi. Dengan catatan, kata Jamiluddin, penggantinya memang orang-orang yang luar biasa.

"Jokowi sendiri selalu bilang tidak suka yang biasa-biasa saja. Nah, harusnya dia buktikan dengan memilih calon-calon menteri sehingga kabinet dia memang bukan orang yang biasa-biasa saja," kata Jamiluddin.

"Kalau itu yang dia pilih, saya optimis kabinet Jokowi akan mampu menghadapi dampak COVID-19. Tapi kalau biasa-biasa saja ini kan sebetulnya pekerjaan menurut saya relatif sia-sia," sambungnya.

Jamiluddin menegaskan, bahwa siapapun menteri baru yang dipilih Presiden Jokowi untuk menggantikan menteri yang kurang perform, maka sosoknya harus memiliki integritas dan kapabilitas yang lebih dari menteri yang ada di Kabinet Indonesia Maju saat ini.

"Ya namanya reshuffle memang harus kapabel bukan bagi-bagi kue," tegasnya.

Menurutnya, apabila reshuffle hanya dilakukan untuk mengakomodir PAN, maka beribu kali perombakan pun kabinet Jokowi-Ma'ruf tidak akan mengalami perbaikan.

"Saya khawatir reshuffle hanya mengakomodir PAN. Kalau itu maka mau 1.000 kali reshuffle juga kabinet Jokowi tetap seperti ini biasa-biasa saja. Dan itu akan meninggalkan image bahwa Jokowi hanya bisa reshuffle tapi kinerjanya ya begitu saja," pungkas Jamiluddin.