JAKARTA - Reshuffle kabinet kembali menguat setelah Partai Amanat Nasional (PAN) masuk partai koalisi pendukung pemerintah. Belakangan, PAN diisukan bakal menggeser posisi Mendikbud Ristek Nadiem Makarim.
Bahkan tidak menutup kemungkinan, reshuffle yang hanya untuk mengakomodir PAN dapat menggoyahkan soliditas partai koalisi pendukung pemerintah.
Selain itu, lanjutnya, relawan yang merasa berjasa juga akan kecewa bila PAN masuk kabinet. Sementara para relawan yang bercucur keringat tak kunjung diakomodir di kabinet.
BACA JUGA:
Padahal, kata Jamiluddin, reshuffle idealnya dilakukan untuk meningkatkan kinerja kabinet. Menteri-menteri yang dinilai kinerjanya rendah dan kerap membuah gaduh diganti dengan orang yang diperkirakan dapat mendongkrak kinerja kabinet.
"Hal itu sulit dipenuhi kalau reshuffle hanya untuk mengakomodir PAN atau para relawan yang dinilai berjasa mengantarkan Jokowi jadi presiden. Mau berapa kali pun reshuffle, tentu kinerja kabinet tidak akan pernah meningkat," tegasnya.
Jadi, menurut Jamiluddin, kalau ingin meningkatkan kinerja kabinet, sebaiknya Jokowi berani lebih independen dalam melakukan reshuffle. Jokowi, kata dia, harus terbebas dari pengaruh partai koalisi pendukung pemerintah.
Untuk itu, tambah Jamiluddin, Jokowi sebaiknya memilih pengganti menteri yang punya kemampuan di atas rata-rata, dapat bekerja dalam tim, dan mempunyai empati yang tinggi terhadap rakyat.