Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, menilai reshuffle kabinet penting dilakukan Presiden Joko Widodo mengingat banyak menteri yang tidak perform dalam menjalankan tugasnya.

Hal ini dikatakan Ujang merespons isu perombakan kabinet yang dikabarkan bakal digelar pada awal Oktober mendatang.

"Mestinya kalau reshuffle berdasarkan kepada evaluasi kinerja menteri, ya penting (dilakukan, red), karena banyak juga menteri nggak perform," ujar Ujang kepada VOI, Minggu, 12 September. 

Namun, Ujang menduga, reshuffle dilakukan bukan hanya saja untuk mengganti menteri yang berkinerja buruk, tetapi sebagai ruang mengakomodir masuknya PAN dalam kabinet.

"Kelihatannya arahnya ke campuran, evaluasi kinerja menteri dengan persoalan akomodasi masuknya PAN, seperti yang saya analisa waktu lalu. PAN berkoalisi kan untuk dapat jatah satu kursi," jelasnya.

Direktur Indonesia Political Review (IPR) itu menuturkan ada dua kepentingan perombakan kabinet. Pertama, memang karena reshuffle adalah hak presiden. Kedua, juga untuk mengakomodasi kepentingan PAN yang masuk baru bergabung dalam koalisi.

"Tapi harusnya (Jokowi, red) bisa mengukur dan mengevaluasi kinerja menteri. Meski kelihatannya Jokowi akan lebih condong kepada masuknya PAN. Kalaupun ada koalisi di kementerian lain itu tidak akan banyak merombak besar-besaran kali ini," kata Ujang.