Sederet Temuan Fakta Komnas HAM dari Kebakaran Lapas Tangerang
Kebakaran Lapasa Kelasa i Tangerang/ IST

Bagikan:

JAKARTA - Komisioner Komnas HAM M. Choirul Anam, mengungkapkan fakta-fakta lembaga pemasyarakatan Kelas I Tangerang, Banten, pasca kebakaran yang terjadi pada Rabu, 8 September.

Dia mengaku khawatir dengan kejadian yang memakan banyak korban jiwa di lapas kelas 1 tersebut.

"Kita prihatin jumlahnya cukup besar dan mengagetkan kita semua," ujar Choirul Anam dalam diskusi Crosscheck secara daring, Minggu, 12 September.

Choirul memaparkan temuannya bahwa kondisi bangunan di Lapas Tangerang sangat tidak aman. Pasalnya, hanya ada satu pintu utama sebagai akses masuk sekaligus keluar yang mempersulit evakuasi jika terjadi masalah.

"Pagi-pagi kami datang ke sana melihat lokasinya dan berdialog dengan penghuni lapas Tangerang. Yang kita dapatkan ini memang terjadi di sebuah blok C1, C2, C3. Memang lokasi bangunannya pisah-pisah, tidak seperti kos-kosan lurus terus tapi 1 blok ya 1 pintu utama. Nah, pintu utama ini yang jadi permasalahan," paparnya.

"Oleh karena itu kita perlu perhatikan soal design ini yang jauh dan sangat tidak aman. Salah satunya, pintu keluar masuknya cuma satu. Sehingga Kalau ada kejadian kayak gini ya gak bisa memang susah evakuasinya. Belum lagi koridor-koridor," sambungnya.

Belum lagi, lanjutnya, bangunan di Lapas Tangerang adalah bangunan lama. Sehingga jika ada api di bangunan tersebut maka api akan cepat membakarnya.

"Karena atapnya bukan cor tapi triplek dan kayu. Sehingga kalau sekali ada api ya habis," jelas Choirul.

Choirul pun menyebutkan bahwa bangunan di Lapas Tangerang tidak lah layak bagi narapidana dan petugas, khususnya segi keamanan. Bahkan, kondisi yang sama hampir di seluruh lapas bukan hanya di blok yang kebakaran.

"Ini terlihat dari sisa-sisa yang ada. Bukan hanya yang terbakar terlihat kayu rusak, atap triplek yang sudah gak layak sebenarnya, tapi di blok yang lain juga. Lokasi yang terbakar dengan lokasi yang sejenis itu sama. Dari segi bangunan tidak layak, tidak manusiawi, dan tak layak dari sisi keamanan baik untuk narapidana dan petugas," bebernya.

"Oleh karena itu memang harus didaur ulang bangunan itu agar penghuninya narapidana dan petugas juga aman," tambahnya.

Sementara terkait kelebihan kapasitas, Choirul mengamini bahwa hal tersebut menjadi permasalahan utama. Sebab, diketahui dalam satu blok diisi oleh 122 narapidana.

"Over crowded dari blok yang kecil itu diisi 122 orang. Kita bersyukur pemadam kebakaran bergerak cepat. Dari 122, ada 40 meninggal seketika jadi bukan 41 orang. Yang 9 orang luka parah terus meninggal 1 orang. Kita dapat kabar tambahan jadi 44, berarti masih ada yang berat. Tapi kami berharap yang parah cepat pulih enggak meninggal," katanya.

Penyebab kebakaran, tambah Choirul, karena Lapas Tangerang adalah bangunan tua dan posisi kabel ada di atas. Berbeda dengan di beberapa Lapas bangunan baru dan kabel ditanam di beton, sehingga aman.

"Karena kabel di atas dan juga hal penting adalah ada main hape. Jadi HP (handphone, red) itu masuk ruang itu. Jadi, kalau rebutan colokan atau instalasi diimprovisasi ya potensial arus listrik. Itu juga persoalan kan harusnya HP gak boleh masuk dong. Salah satunya bisa jadi karena colok-colokan HP," terang Choirul.

"Kalau itu betul aliran listrik misalnya, kita kan harus tunggu investigasi kepolisian, tapi kalau benar ya bisa jadi salah satu sebabnya dari improvisasi itu. Tapi kita harus tunggu polisi," pungkasnya.