JAKARTA - Sekitar 1.000 orang, termasuk puluhan orang Amerika dan Afghanistan yang memegang visa untuk Amerika Serikat atau negara lain, tetap terjebak di Afghanistan untuk hari kelima pada hari Minggu sambil menunggu izin Taliban untuk penerbangan ke luar negeri, New York Times melaporkan.
Mengutip Reuters Senin 6 September, surat kabar itu melaporkan situasi yang dihadapi mereka yang berharap untuk pergi dari bandara internasional di kota utara Mazar-i-Sharif, mencerminkan ribuan orang tidak dapat naik penerbangan dari Kabul, setelah Taliban merebut ibu kota sebelum pasukan AS mundur.
Politisi senior Partai Republik di Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat AS, Mike McCaul, mengatakan kepada Fox News Sunday, enam pesawat terjebak di bandara Mazar-i-Sharif dengan penerjemah Amerika dan Afghanistan di dalamnya, tidak dapat lepas landas karena mereka tidak mendapat izin dari Taliban.
Dia mengatakan Taliban menyandera penumpang untuk tuntutan. McCaul mengatakan Taliban menginginkan 'sesuatu sebagai imbalan', untuk menyetujui penerbangan dan dia yakin Taliban mencari 'pengakuan penuh dari Amerika Serikat.
Tetapi beberapa laporan membantah pernyataan McCaul. Satu orang yang mengetahui upaya evakuasi mengatakan kepada Reuters bahwa tidak benar menggolongkan penumpang sebagai 'sandera'
The New York Times melaporkan, penyelenggara penerbangan evakuasi di Qatar mengatakan pesawat-pesawat di Mazar-i-Sharif telah menerima izin yang diperlukan dan sedang menunggu persetujuan akhir dari Taliban.
"Taliban tidak menyandera pesawat-pesawat itu," kata Eric Montalvo, pensiunan mayor Marinir AS yang terlibat dalam mengatur penerbangan itu, seperti dikutip.
Sementara, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak memiliki sarana yang dapat diandalkan untuk mengkonfirmasi rincian dasar penerbangan charter, termasuk jumlah warga AS dan penumpang lainnya.
"Kami akan memegang janji Taliban untuk membiarkan orang bebas untuk meninggalkan Afganistan," sebut juru bicara tersebut
Sebelumnya, perwakilan AS dari Partai Republik lainnya, Mike Waltz, meminta Departemen Luar Negeri untuk bekerja dengan organisasi non-pemerintah yang katanya menyebut penerbangan charter, untuk mengevakuasi orang Amerika dan warga Afghanistan yang berisiko.
BACA JUGA:
Dalam sebuah surat kepada Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Waltz mengatakan dia telah diberitahu oleh beberapa LSM, ada penerbangan charter yang tersedia, didanai dan siap menerbangkan orang keluar dari Afghanistan.
Untuk diketahui, Amerika Serikat dan negara-negara Barat melakukan penarikan mundur seluruh militernya, serta mengevakuasi misi sipil dan warga sipil Afghanistan yang terancam melalui bandara Kabul dengan tenggat waktu 31 Agustus, setelah Taliban mengambil alih kendali di negara itu pada 15 Agustus lalu.