China-India Saling Tuduh soal Siapa Pemicu Konflik Berdarah di Perbatasan
PM India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Pada Sabtu, 20 Juni, India dan China saling melempar tuduhan telah melanggar perbatasan de facto mereka. Perbatasan tersebut merupakan wilayah yang beberapa waktu silam jadi lokasi bentrokan paling mematikan dalam setengah abad.

Padahal, sebelumnya, Jumat, 19 Juni, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mengatakan tak ada orang luar di wilayah India, yaitu Ladakh dan tidak ada pos perbatasan Angkatan Darat India yang ditangkap oleh pasukan China. Ia juga menambahkan bahwa 20 tentara India yang tewas dalam kekerasan itu "mengajarkan pelajaran kepada mereka yang telah menjaga Tanah Air sebelum menyerahkan nyawa mereka."

Namun, pernyataan tersebut mengundang anggapan bahwa PM Modi "tidak punya cukup hati" menghadapi permasalahan negaranya. Mantan PM India Manmohan Singh memperingatkan PM Modi untuk 'berhati-hati' saat menyampaikan pernyataannya terhadap keamanan nasional. Singh juga memberi saran agar PM Modi tidak membenarkan tindakan China.

“Disinformasi bukan pengganti diplomasi atau kepemimpinan yang tegas. Dan kebenaran tidak dapat ditekan dengan meminta sekutu yang kuat untuk melontarkan pernyataan yang menghibur tetapi salah," kata Singh, dilansir dari The Hindu.

Melansir Reuters, Senin, 22 Juni, bertolak belakang dengan pernyataan PM Modi, sehari kemudian pemerintah India kembali menyalahkan China. Pihak India mengatakan bahwa China berusaha membangun fasilitas tepat di seberang Garis Kontrol Aktual. Pihak China juga diketahui menolak permintaan India untuk berhenti melakukan pembangunan tersebut.

Tuduhan China terhadap India

Sementara itu, pihak China memiliki pendapatnya sendiri. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menuduh pasukan India melakukan "provokasi yang disengaja" di daerah Himalaya.

Lewat akun Twitternya, Zhao Lijian mengatakan bahwa Lembah Galwan berada di sisi garis China. Sejak April, India secara sepihak membangun jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya di wilayah tersebut.

Pasukan Indialah yang melintasi Garis Kontrol dan menyerang perwira serta tentara China yang ada di sana. Padahal, menurut Zhao, pasukan tentara China ingin bernegosiasi. Justru tentara India yang memicu sesuatu yang Zhao sebut "konflik fisik yang sengit." 

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava, menyangkal pelanggaran Garis Kontrol Aktual oleh India, sebagaimana dituduhkan China. Ia mengatakan, klaim oleh pihak China tak dapat diterima.

“Kami tidak menerima anggapan bahwa India secara sepihak mengubah status quo. Sebaliknya, kami terus mempertahankannya,” kata Srivastava.

Perdebatan antara China-India mengundang komentar dari negara lain yaitu Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negri AS Mike Pompeo mengkritik China karena meningkatkan ketegangan perbatasan dengan India.

"PLA (Tentara Pembebasan Rakyat China) telah meningkatkan ketegangan perbatasan, kami melihatnya hari ini di India dan kami menyaksikan militerisasi Laut China Selatan dan secara ilegal mengklaim lebih banyak wilayah di sana," kata Pompeo di KTT Demokrasi Kopenhagen yang berlangsung lewat konferensi daring.