China dan India Sepakat Redam Konflik di Perbatasan Himalaya
PM India Narendra Modi saat mengunjungi perbatasan India-China (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - China dan India mengatakan setuju mengurangi ketegangan baru di perbatasan Himalaya. Kedua negara akan mengambil langkah untuk perdamaian dan ketenangan, menyusul pertemuan diplomatik tingkat tinggi di Moskow, Rusia.

Pertemuan kedua pihak negara berlangsung selama dua jam. Pertemuan itu adalah upaya diplomatik terbaru untuk mencegah konflik yang lebih luas antara dua negara terpadat di dunia.

Melansir Reuters, Jumat, 11 September, anggota Dewan Negara China, Wang Yi dan Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar bertemu di Moskow pada Kamis, 10 September. Mereka mencapai lima poin konsensus, termasuk kesepakatan bahwa pasukan kedua belah pihak harus segera meredakan ketegangan.

Pernyataan tersebut disampaikan kedua negara dalam pernyataan bersama. Konsensus tersebut, yang dibuat di sela-sela pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai, muncul setelah konfrontasi di daerah perbatasan di Himalaya pada awal pekan ini.

“Kedua menteri luar negeri sepakat bahwa situasi saat ini di daerah perbatasan tidak menguntungkan kedua belah pihak. Karena itu mereka setuju bahwa pasukan perbatasan dari kedua belah pihak harus melanjutkan dialog mereka, segera melepaskan diri, menjaga jarak yang tepat dan meredakan ketegangan,” kata mereka dalam pernyataan itu.

Jaishankar mengatakan kepada Wang bahwa tugas harus segera dilakukan agar pasukan mundur dari "daerah gesekan". Hal itu penting untuk menghindari keadaan menjadi lebih buruk, mengingat posisi masing-masing pasukan di beberapa titik saat ini hanya berjarak beberapa ratus meter.

Sebelumnya, China dan India saling tuding soal siapa yang menembakkan tembakan udara selama konfrontasi. Hal tersebut merupakan pelanggaran protokol lama, yaitu untuk tidak menggunakan senjata api di perbatasan yang sensitif.

Saat pertemuan, Wang mengatakan kepada Jaishankar bahwa keharusan menghentikan provokasi --seperti penembakan dan tindakan berbahaya lain-- yang melanggar komitmen kedua belah pihak. Wang juga memberi tahu Jaishankar bahwa semua personel dan peralatan yang masuk tanpa izin di perbatasan harus dipindahkan untuk meredakan situasi.

Sementara, Jaishankar memberi tahu Wang bahwa India sangat prihatin dengan penumpukan pasukan China di Garis Kontrol Aktual di perbatasan yang didefinisikan dengan buruk. "Pihak China belum memberikan penjelasan yang kredibel untuk penempatan ini," kata sumber pemerintah India, mengutip Jaishankar dalam pertemuan tersebut.

"Perilaku provokatif pasukan garis depan China di berbagai insiden gesekan di sepanjang LAC juga menunjukkan pengabaian terhadap perjanjian dan protokol bilateral," kata Jaishankar. Ia menambahkan, setiap upaya sepihak untuk mengubah status quo akan ditolak.

China Global Times, sebuah tabloid berpengaruh yang diterbitkan surat kabar resmi Partai Komunis China melaporkan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sedang memindahkan tentara dan kendaraan lapis baja ke perbatasan. Media pemerintah China juga baru-baru ini melaporkan latihan bersenjata oleh pasukan terjun payung PLA di Tibet.

"Pihak China harus sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan militer ketika keterlibatan diplomatik gagal, dan pasukan garis depannya harus mampu menanggapi keadaan darurat, dan siap untuk berperang kapan saja," kata surat kabar itu.