PM India Makin Terdesak Seiring Berjatuhannya Tentara Korban Konflik dengan China
PM India Narendra Modi (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Tekanan meningkat terhadap Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi terkait insiden tewasnya 20 tentara India akibat konflik dengan China. Tekanan itu merupakan sedikit dari krisis yang sedang meliputi kepemimpinan Modi.

Selain 20 tentara yang tewas, banyak tentara yang mengalami luka, menurut pernyataan resmi tentara India. Dari sisi China, korban-korban juga berjatuhan. Meski begitu, tak ada angka yang dirilis.

Lewat Twitter, Rahul Gandhi, seorang pemimpin senior dalam oposisi utama Partai Kongres India, bertanya, "Mengapa Perdana Menteri diam? Mengapa dia bersembunyi?"

"Sudah cukup. Kita perlu tahu apa yang terjadi," kata Gandhi. "Beraninya China membunuh prajurit kita? Berani-beraninya mereka mengambil tanah kita?"

Insiden itu hanyalah krisis terbaru bagi Modi. Sang PM sudah menghadapi kritik keras atas penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintahnya. COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 354 ribu orang di India dan menewaskan hampir 12 ribu. Banyak negara bagian India telah memperpanjang aturan lockdown karena mereka berjuang untuk menahan wabah tersebut.

Modi belum mengomentari insiden itu secara terbuka. Namun, stafnya mengatakan bahwa Modi telah menyerukan pertemuan semua pihak pada Jumat, 19 Juni untuk membahas situasi di wilayah perbatasan India-China.

Konflik berdarah China-India

Pada Senin, 15 Juni malam, terjadi pertikaian di sepanjang perbatasan di kawasan Himalaya yang disengketakan India dan China. Kedua negara yang memiliki senjata nuklir bersitegang, membuat para pejabat di kedua belah pihak berebut untuk melepaskan serangan.

Melansir CNN, Jumat, 19 Juni, insiden itu terjadi selama "proses deeskalasi" yang sedang berlangsung di Lembah Galwan di daerah Aksai Chin-Ladakh yang disengketakan. Terdapat laporan bahwa di area tersebut terjadi penumpukan pasukan besar China yang berlangsung selama berminggu-minggu.

Belakangan, akhirnya komandan senior militer India memulai pembicaraan. Tentara India sebelumnya mengatakan tiga tentara tewas. Namun, pada Selasa, 16 Juni, otoritas mengatakan terdapat 17 tentara lain yang meninggal dunia.

"Tentara yang kritis dalam tugas di lokasi buntu dan berada di bawah suhu nol di daerah dataran tinggi telah menyerah kepada pasukan mereka (China)," kata sebuah laporan dari pihak India.

Kematian tersebut adalah korban militer pertama di sepanjang perbatasan kedua negara yang disengketakan selama lebih dari 40 tahun. Menurut sebuah sumber dari angkatan bersenjata India, pertempuran mematikan antara tentara China dan India dimulai setelah pasukan China mendirikan tenda di daerah yang disengketakan.

Pendirian tenda oleh China terjadi setelah India melakukan pengurangan pasukan. "Pada Senin 15 Juni, pasukan China kembali dengan bala bantuan dan menyerang pasukan India. Ada niat untuk melukai tentara India. Mereka menggunakan batu, tongkat bambu dengan paku untuk menyerang tentara India. Tentara India tidak siap untuk serangan itu," kata sumber itu.

Keadaan yang tidak terduga membuat tentara India berada di kebuntuan. Kebuntuan tersebut berlangsung antara empat hingga lima jam dan pada saat bala bantuan India sampai di tempat, banyak tentara yang sudah kehilangan nyawa mereka. Sejauh ini China belum memberikan laporan resmi tentang peristiwa tersebut.

"Tewasnya tentara di Galwan sangat menyakitkan. Tentara kami menunjukkan keberanian dan patut dicontoh dalam menjalankan tugas dan mengorbankan hidup mereka dalam tradisi tertinggi Angkatan Darat India," kata Menteri Pertahanan India Rajnath Singh. 

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan bahwa pasukan India telah melanggar konsensus China dan dua kali melewati garis perbatasan untuk kegiatan ilegal. Zhao Lijian juga mengatakan bahwa pasukan India telah memprovokasi dan menyerang personel China yang menyebabkan konflik fisik yang serius antara kedua belah pihak.

Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) merilis pernyataan yang menyerukan agar tentara India segera menghentikan "tindakan provokatif". PLA juga mendesak agar India menyelesaikan masalah melalui jalur dialog dan pembicaraan yang benar.