Seberapa Parah Pandemi Memiskinkan Warga Dunia? Riset Universitas PBB Mungkin Dapat Menjawab
Ilustrasi foto (Khartikeyan K/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Dampak ekonomi dari pagebluk COVID-19 dapat menjerumuskan 395 juta orang tambahan ke dalam kemiskinan ekstrem. Hal tersebut berarti bahwa jumlah orang yang hidup dengan kurang dari 1,90 dolar AS atau sekitar Rp26.769 per hari di seluruh dunia menjadi lebih dari 1 miliar orang. Hal tersebut dipaparkan oleh para peneliti dalam sebuah laporan.

Melansir Reuters, Jumat 12 Juni, laporan tersebut diterbitkan oleh Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Laporan tersebut memberikan sejumlah skenario, dengan mempertimbangkan berbagai garis kemiskinan. Dari kemiskinan ekstrem didefinisikan hidup dengan 1,90 dolar AS per hari atau kurang, hingga tingkat kemiskinan yang hidup dengan kurang dari 5,50 dolar AS atau sekitar Rp77.000 per hari.

Di bawah skenario terburuk --kontraksi 20% dalam pendapatan atau konsumsi per kapita, jumlah mereka yang hidup dalam kemiskinan ekstrem dapat meningkat menjadi 1,12 miliar. Kontraksi yang sama yang diterapkan pada ambang batas 5,50 dolar AS di antara negara-negara berpenghasilan menengah ke atas, dapat melihat lebih dari 3,7 miliar orang atau lebih dari setengah populasi dunia hidup di bawah garis kemiskinan.

"Prospek bagi orang-orang termiskin di dunia terlihat suram kecuali pemerintah melakukan lebih banyak dengan cepat dan menutupi hilangnya pendapatan harian yang dihadapi orang miskin," kata Andy Sumner, salah satu penulis laporan.

"Hasilnya adalah kemajuan dalam pengentasan kemiskinan dapat mundur 20-30 tahun dan membuat tujuan PBB untuk mengakhiri kemiskinan terlihat seperti mimpi," tambah Sumner. 

Para peneliti dari King's College London dan Australian National University juga melakukan penelitian bersama Universitas PBB. Para peneliti menemukan bahwa kemiskinan akan bergeser dalam distribusi geografisnya.

Wilayah yang diperkirakan akan mendapati jumlah terbesar orang yang berisiko terjerumus dalam kemiskinan ekstrem adalah Asia Selatan, terutama didorong oleh India yang berpenduduk padat. Lalu diikuti oleh Afrika Sub-Sahara, Asia Timur dan Pasifik juga akan menyumbang angka kemiskinan ekstrem yang cukup besar dari perkiraan.

Beberapa negara yang disebutkan dalam laporan tersebut adalah Nigeria, Ethiopia, Bangladesh, dan Indonesia. Negara-negara tersebut diperkirakan akan mengalami tambahan jumlah masyarakat miskin ekstrem baru sebanyak 18-19 persen. Sedangkan Republik Demokratik Kongo, Tanzania, Pakistan, Kenya, Uganda, dan Filipina dapat bersama-sama menambah 11-12 persen.

"Secara keseluruhan, angka-angka ini menyiratkan bahwa tiga perempat dari orang miskin ekstrem tambahan secara global hidup di hanya sepuluh negara berpenduduk padat," kata laporan tersebut.