Bagikan:

JAKARTA - Forum Alumni Universitas Telkom (FAST) tengah menggodok kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di sektor riset terkait kebencanaan. Saat ini kedua pihak sudah melakukan pertemuan.

Presiden FAST, Sri Safitri mencatat sebagai kapasitasnya sebagai wadah alumni Universitas Telkom, FAST ingin berkontribusi kepada negara dari sisi penanggulangan bencana melalui riset kebencanaan.

"FAST ingin menjembatani kampus (Universitas Telkom) dengan BNPB untuk peluang riset di bidang kebencanaan," ungkap Sri Safitri dalam keterangan tertulisnya, dikutip Sabtu 9 April.

Fitri berharap ada kerja sama penelitian di bidang penanggulangan bencana antara Universitas Telkom dengan BNPB. Upaya ini lantaran Universitas Telkom memiliki fasilitas dan dukungan teknologi digital yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Senada, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Telkom, Angga Rusdinar menyatakan pihaknya telah melakukan banyak penelitian dan inovasi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.

"Sejak pandemi COVID-19, kami membuat alat desinfektan ruangan berbasis UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau robot, dan telah dihibahkan ke wisma atlet juga Pemerintah," ungkap Angga.

Penelitian dan inovasi lainnya yang telah dilakukan Universitas Telkom antara lain membuat sistem pendeteksi dan recovery bencana, prediksi dan simulasi tsunami, dan artificial intelligence (AI) untuk mendeteksi tinggi permukaan laut.

Merespons hal ini, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyambut baik peluang yang ditawarkan FAST dan Universitas Telkom ini. Menurutnya, penanggulangan bencana di Indonesia bukan hanya COVID-19, tapi juga yang paling menyita perhatian dunia yaitu kebakaran hutan.

"Meski kita mengetahui COVID-19 ini angka kasusnya sudah melandai, namun masih ada potensi bencana lainnya yaitu kebakaran hutan," kata Suharyanto.

Suharyanto merasa perlu untuk menerapkan teknologi dalam rangka mengoptimalkan tindakan-tindakan pencegahan maupun penanggulangan bencana.

"Maka dari itu, jika kita menggunakan teknologi untuk mendeteksi titik api, saya pikir kita bisa melakukan tindakan pencegahan lebih efektif dan efisien sebelum api tersebut menjadi besar dan membakar hutan," katanya.

Suharyanto juga mengatakan masih ada potensi bencana lainnya seperti tsunami, gunung berapi, dan gempa bumi. Untuk tsunami pihaknya juga bekerja sama dengan BMKG secara intensif. Namun dia merasa perlu untuk dapat mendeteksi gunung berapi, serta melakukan mapping daerah yang terdampak gempa bumi.

Suharyanto pun berharap agar kerja sama antara Universitas Telkom dan BNPB yang difasilitasi oleh FAST ini dapat menjawab masalah pendataan bencana.