Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Jerman pada Minggu menutup kedutaan besarnya di Kabul dan bersiap untuk mengirim pesawat militer A400M ke Afghanistan, untuk mengevakuasi sebanyak mungkin warga Jerman dan pembantu Afghanistan setempat, setelah gerilyawan Taliban memasuki ibu kota Afghanistan.

Taliban berhasil memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul, menguasai istana kepresidenan, membuat Presiden Ashraf Ghani mengungsi pada Minggu 15 Agustus kemarin.

"Kami melakukan segalanya untuk memungkinkan warga kami dan mantan staf lokal kami, meninggalkan Afghanistan dalam beberapa hari ke depan," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada wartawan, mengutip Reuters Senin 16 Agustus.

Keberhasilan Taliban memasuki Kabul lebih cepat dari prediksi sebelumnya, mendorong pemerintah Jerman untuk mempercepat evakuasi. Intelijen AS pekan lalu menyebut, Taliban dapat mengepung Kabul dalam 30 hari dan merebut kota itu dalam waktu 90 hari.

Staf kedutaan Jerman telah dipindahkan ke bagian militer bandara Kabul, kata Maas. Sementara, staf inti akan tetap di sana dalam beberapa hari mendatang untuk membantu evakuasi lebih lanjut, tambahnya.

Terpisah, Menteri Pertahanan Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan, pesawat militer akan meninggalkan pangkalan udara Jerman Wunstorf pada Minggu malam dan Senin pagi untuk menuju Kabul.

Menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut, kedua pesawat itu akan membawa orang-orang yang dievakuasi ke ibukota Uzbekistan, Tashkent. Maas hanya mengatakan bahwa mereka akan pergi ke negara tetangga Afghanistan.

"Dari sana, orang-orang akan dibawa ke Jerman dengan pesawat sewaan sipil," sebut sumber yang mengetahui masalah ini.

a400m
Caption

Jerman, Amerika Serikat, dan mitra internasional lainnya telah sepakat untuk saling mendukung dalam upaya evakuasi mereka, katanya.

Kementerian Luar Negeri mengatakan pada Jumat lalu, kurang dari 100 orang Jerman tetap berada di Afghanistan di luar pejabat pemerintah yang masih bekerja di sana. Masih belum jelas pada Hari Minggu berapa banyak pembantu lokal yang akan diterbangkan.

"Tujuan kami adalah mengeluarkan sebanyak mungkin orang selama situasi di lapangan memungkinkan," kata Kramp-Karrenbauer.

Sementara, sumber pemerintah berbicara tentang setidaknya 1.000 mantan karyawan Afghanistan, termasuk anggota keluarga dekat, tetapi menambahkan bahwa ini hanya perkiraan kasar.

Terpisah, sebuah jaringan pendukung yang didirikan oleh pasukan Jerman menyebutkan jumlah mereka yang memenuhi syarat untuk relokasi di bawah peraturan pemerintah adalah 2.000 orang.

Untuk diketahui, Menteri Pertahanan Jerman pekan menolak seruan agar tentaranya kembali ke Afghanistan, setelah gerilyawan Taliban merebut Kota Kunduz.

Menjadi kekuataan militer asing terbesar kedua setelah AS di Afghanistan, Jerman menempatkan militernya di Kota Kunduz selama satu dekade terakhir, sebelum memutuskan untuk menariknya bersamaan program penarikan pasuakn koalisi internasional pimpinan AS.

Menteri Kramp-Karrenbauer menyalahkan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, karena merusak operasi Afghanistan, meskipun penggantinya Presiden Joe Biden yang menerapkan kebijakan penarikan.

"Kesepakatan malang antara Trump dengan Taliban adalah awal dari akhir," tukasnya tentang kesepakatan yang dibuat Donald Trump dengan militan Taliban pada tahun 2020 lalu.