Terkubur Selama 28 Ribu Tahun, Jasad Anak Singa Purba Ditemukan Relatif Utuh
Jasad anak singa purba yang ditemukan dalam kondisi relatif utuh. (Sumber: Love Dalen via IFL Science)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah penemuan berharga yang tidak sengaja, saat jasad anak singa purba yang ditaksir sudah berusia 28 ribu tahun , ditemukan relatif utuh di kawasan Kutub Utara.

Melansir Euronews 6 Agustus, penemuan ini terjadi pada awal musim gugur tahun 2018 silam, saat pemburu gading mamut purba lokal Pavel Efimov menemukannya di kedalaman tujuh meter di bawah tanah lapisan tanah beku abadi (permafrost) Siberia, Kutub Utara.

Sesuai hubungan kerja yang telah lama terjalin, ia menghubungi para peneliti di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia cabang Siberia di Yakutsk. Sebuah tim dikerahkan ke lokasi di Belaya Gora, di tepi Sungai Indigirka.

Apa yang mereka temukan di sana adalah salah satu hewan Zaman Es yang terawetkan dengan indah yang pernah ditemukan, anak singa gua berusia 28.000 tahun, meringkuk di bawah lapisan es dengan gigi, kulit, cakar, dan bahkan kumisnya yang relatif masih utuh.

Anak singa itu, yang oleh ilmuwan Dr Valery Plotnikov dan rekan-rekannya dinamai Spartak, ditemukan hanya 15 meter dari anak singa gua lain, Boris, yang telah ditemukan penduduk setempat tahun sebelumnya.

Kedua anak singa purba ini awalnya dianggap sebagai saudara kandung. Tetapi, sebuah studi besar yang dilakukan berhasil mengidentifikasi keduanya hidup terpisah lebih dari 15 ribu tahun.

Penanggalan karbon menempatkan Boris pada 43.448 tahun. CT scan dan tes genetik juga menentukan yang lebih muda dari keduanya adalah jasad yang belakang ditemukan dan diketahui merupakan betina, sehingga namanya berubah menjadi Sparta.

singa purba
Jasad anak singa purba yang masih relatif utuh. (Sumber: Love Dalen via IFL Science)

Singa gua telah punah selama sekitar 14.000 tahun. Tim yang kemudian pergi untuk melakukan penggalian, yang terdiri dari ahli paleontologi top dari Rusia, Swedia, Jepang, Amerika Serikat dan Inggris, hampir tidak bisa mempercayai mata mereka.

"Itu benar-benar menakjubkan," Love Dalén, seorang profesor genetika evolusioner di Pusat Paleogenetika di Stockholm, mengatakan kepada Euronews.

"Kamu tahu kamu mungkin menemukan sesuatu, tapi ini sepertinya baru mati dua hari yang lalu," lanjutnya, menggambarkan rasa takjub dari temuan yang relatif utuh ini.

Bagian dari lapisan es telah mencair di sekitar Sparta, katanya, tetapi bagaimanapun tim harus 'sangat berhati-hati' mengeluarkan spesimen dari gua, membersihkan beberapa lumpur sebelum meletakkannya di atas tandu.

Jasad kedua hewan purba ini tiba di Yakutsk pada November 2018 dan Januari 2019, untuk kemudian menjalani pengujian secara ketat untuk penyakit menular, termasuk antraks, yang dapat tertidur selama ribuan tahun sebelum dipindai untuk menyelidiki kondisi tulang dan jaringan lunak mereka.

Studi yang baru diterbitkan menemukan, kedua anak singa purba ini diduga baru berusia satu hingga dua bulan ketika mereka mati. Tidak ada tanda-tanda mereka telah dibunuh oleh pemangsa, menunjukkan mereka mungkin telah jatuh dan terperangkap, atau terkubur dalam tanah longsor.

Ini juga menghasilkan beberapa petunjuk penting tentang evolusi singa gua Eurasia. Mantel emas kedua anaknya mirip dengan anak singa Afrika saat ini, tetapi dengan lapisan bawah bulu yang panjang dan tebal yang bisa melindungi mereka dari hawa dingin.

Para ilmuwan juga menemukan, gigi mereka telah tumbuh pada usia yang lebih awal daripada yang terjadi dengan singa Afrika saat ini, menunjukkan penyesuaian karena musim dingin yang lebih keras, membuat anak singa harus berkembang lebih cepat dan dapat makan daging pada usia yang lebih muda.

Sebuah otopsi penuh untuk memeriksa aspek-aspek terpisah seperti isi perut anak-anaknya serta urutan genetik lengkap dapat dilakukan di masa depan. Sementara, hasil

Untuk saat ini, Prof. Dalén berkata, makalah khusus ini sangat menyenangkan, sebagai hasil kolaborasi yang hebat antara para ilmuwan.

"Sparta mungkin adalah hewan Zaman Es terawetkan terbaik yang pernah ditemukan, dan kurang lebih tidak rusak selain bulunya yang sedikit mengacak-acak. Dia bahkan memiliki kumis yang diawetkan. Boris sedikit lebih rusak, tapi masih cukup bagus, terang Dalen seperti mengutip CNN.

Untuk diketahui, hubungan kerja sama antara para peneliti dengan para pemburu gading mamut lokal di Yakutsk, Siberia, berkembang menjadi hubungan yang unik, membantu para peniliti menemukan berbagai hal menakjubkan dari dalam lumpur dan lapisan es.