JAKARTA - Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanudin Adi Maulana menjelaskan analisisnya soal penemuan jasad Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril yang ditemukan setelah pencarian selama 14 hari. Jasad Eril juga ditemukan dalam keadaan utuh.
Adi menuturkan, ada dua penyebab sulitnya pencarian Eril yang tenggelam di Sungai Aare, Bern, Swiss, selama ini. Kata dia, aliran Sungai Aare memiliki arus yang cukup deras. Kedua, material batuan di dasar sungai tidak rata.
"Perpaduan antara arus yang cukup besar dengan morfologi dasar sungai yang terdiri dari batuan tentu menyulitkan bagi tim SAR untuk mencari jasadnya di Sungai Aare," kata Adi saat dihubungi VOI, Jumat, 10 Juni.
Terkait dengan kondisi jasad Eril yang masih utuh meski telah tenggelam selama 14 hari, Adi menyebutkan dua faktor. Pertama, suhu di sungai Bern masih cukup dingin meskipun saat ini tengah memasuki musim panas.
"Karena itu sungai, suhu air yang masih cukup dingin itu sedikit banyak memengaruhi proses pembusukan tidak berlangsung secara cepat, atau dalam arti memperlambat," ungkap Adi.
Lalu, Adi menyebut hampir tidak banyak binatang buas yang berhabitat di Sungai Aare lantaran arusnya yang cukup deras.
"Karena Sungai Aare arusnya besar, sehingga tidak banyak binatang buas yang ada di situ. Mengingat, binatang buas berada di sungai yang arusnya tidak terlalu besar. Sehingga, kecenderungannya tidak terlalu akan diganggu oleh binatang. Jadi, jasadnya relatif utuh," urainya.
BACA JUGA:
Sebagaimana diketahui, Eril dinyatakan hilang saat berenang di Sungai Aare, Bern, Swiss, sejak Kamis, 26 Mei 2022. Menurut pernyataan polisi setempat, pemuda 22 tahun itu mengalami situasi darurat saat berenang di sungai tersebut.
Jasad Eril ditemukan pada Rabu, 8 Juni pagi waktu setempat. Rencananya, Eril akan tiba di Indonesia pada Minggu, 12 Juni dan akan dimakamkan pada Senin, 13 Juni.