Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah China menjawab permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang meminta untuk diberikan akses atas data COVID-19 demi memahami asal usul virus pandemi tersebut.

"Terhadap penelusuran asal usul COVID-19, China telah membagikan lebih banyak data dan temuan penelitian dan memberikan lebih banyak kontribusi dalam studi asal usul COVID-19 dunia dibanding negara lain," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing dilansir ANTARA, Selasa, 31 Desember.

WHO meminta China untuk berbagi data demi membantu memahami asal usul COVID-19, lima tahun sejak dimulainya pandemi di kota Wuhan, China. Saat itu Kantor WHO di China mencatat sejumlah kasus "pneumonia" dan kemudian sekitar tiga pekan kemudian, otoritas China melakukan karantina terhadap kota yang berpenduduk 11 juta orang itu.

"Sejak wabah COVID-19 lima tahun yang lalu, China telah membagikan informasi tentang wabah dan urutan genom virus kepada WHO dan komunitas internasional secepat mungkin dan telah membagikan pengalaman pengendalian dan klinis tanpa menyembunyikan data, memberikan kontribusi besar dalam upaya global untuk melawan COVID-19," papar Mao Ning.

Mengenai penelusuran asal usul COVID-19 di China, ucap Mao Ning, mengikuti semangat ilmu pengetahuan, keterbukaan dan transparansi dan secara aktif mendukung serta berpartisipasi dalam penelusuran asal-usul virus berbasis ilmu pengetahuan dan dengan tegas menentang segala bentuk manipulasi politik.

"China adalah satu-satunya negara yang telah mengundang grup ahli WHO lebih dari sekali untuk datang ke dalam negeri untuk melakukan studi bersama mengenai asal usul virus. China juga merupakan satu-satunya negara yang telah mengorganisasi beberapa acara bagi para pakar dari WHO untuk berbagi kemajuan penelusuran asal-usul virus dengan WHO," ungkap Mao Ning.

Mao Ning menyebut para pakar WHO telah mengatakan berkali-kali bahwa China memberikan akses penuh ke semua tempat, orang dan materi yang mereka minta saat melakukan studi di China dan bahwa tingkat keterbukaan dan transparansi di China melebihi ekspektasi mereka.

"Komunitas ilmiah internasional kini memberikan semakin banyak petunjuk yang mengarah pada kemungkinan asal usul COVID-19 ke berbagai bagian dunia dan perspektif global diperlukan untuk melakukan penelusuran asal usul di banyak negara dan wilayah," tutur Mao Ning.

China, ujar Mao Ning, bersedia bekerja sama dengan semua pihak untuk terus memajukan studi penelusuran asal usul berbasis ilmu pengetahuan dan memberikan kontribusi aktif untuk lebih baik melindungi diri dari penyakit menular di masa depan.

Terkait penyakit pernapasan menular, seorang pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China pada 28 Desember 2024 mengatakan terjadi penyebaran patogen pernapasan musim dingin tahun ini kurang intensif dibandingkan musim puncak tahun sebelumnya, tapi berbagai penyakit menular diperkirakan akan terus beredar secara bersamaan hingga musim semi mendatang.

Kepala Institut Nasional Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular CDC China Kan Biao mengatakan bahwa infeksi influenza, rhinovirus, human metapneumovirus, dan mycoplasma pneumonia saat ini paling umum ditemukan di rumah-rumah sakit di berbagai provinsi di China.

Tingkat positif infeksi influenza diperkirakan akan terus meningkat, sementara tingkat infeksi rhinovirus dan kasus infeksi mycoplasma pneumonia yang biasanya menyerang anak usia lima hingga 14 tahun sedang mengalami tren penurunan.

Namun, tingkat positif infeksi virus respiratori sintaksis pada bayi dan anak bawah usia empat tahun sedang meningkat, begitu juga tingkat infeksi human metapneumovirus pada anak-anak bawah usia 14 tahun.

Kan mengatakan penyebaran COVID-19 dan penyakit pernapasan lainnya sekarang berada pada tingkat rendah. Mengenai penyebaran norovirus — sebuah infeksi lambung yang dapat menyebabkan muntah dan diare — ia mengatakan bahwa gugus infeksi telah meningkat sejak September 2024.

Dia mengakui penyebaran penyakit ini sedang dalam musim puncak dan akan tetap pada tingkat tinggi selama dua bulan lagi.