Bagikan:

JAKARTA - Sindiran pedas disampaikan dosen sekaligus Pakar Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ade Armando kepada petinggi Partai Demokrat. Bukannya tampil sebagai oposisi cerdas, banyak pernyataan petinggi Demokrat yang justru blunder dan merugikan Demokrat. 

Sebut saja Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) termasuk istrinya Annisa Pohan, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas hingga Andi Arief dan Rachland Nashidik. Pernyataan mereka lebih identik sebagai dagelan ketimbang usul saran yang baik pada pemerintah dalam perang terhadap COVID-19.

"Demokrat tampak terlalu berusaha keras untuk jadi kekuatan utama oposisi namun karena tidak didukung dengan sumber daya yang berkualitas apa yang dilakukan nampak sebagai dagelan," kritik Ade dikutip VOI dari saluran Youtube CokroTV, Minggu, 1 Agustus.

Paling epik adalah pernyataan Ibas yang khawatir Indonesia menjadi negara gagal (failed nation) akibat gagal menyelamatkan nyawa rakyatnya. Atau AHY yang menyoroti turunnya posisi Indonesia menjadi negara dalam kategori lower middle income alias negara dengan penghasilan menengah ke bawah.

"Mengangkat isu ini sebagai contoh kegagalan pemerintah tentu saja mengada-ada. Seluruh dunia sedang mengalami kesulitan ekonomi karena itu menjadikan kasus ini sebagai cara untuk menjaga legitimasi pemerintah Jokowi terkesan sebagai sikap oportunis politik yang memanfaatkan penderitaan bangsa," terang Ade.

Untuk Annisa Pohan, sambung Ade, ada 2 blunder pernyataan yang membuat petinggi Demokrat buru-buru memberikan klarifikasi ke publik. Pertama soal rencana Kapolri Listyo Sigit Prabowo untuk membongkar jalur sepeda permanen di Jalan Sudirman-Thamrin.

Jalus sepeda yang digarap Pemprov DKI Jakarta ini banyak diprotes karena diangga mengganggu. Karena alasan itulah, Kapolri Sigit menyatakan hendak meninjau ulang kehadiran jalur sepeda itu. "Tanpa berpikir panjang Annisa menulis cuitan, mungkin ada kepentingan pribadi mau bebas naik sepeda di tengah jalan dengan kecepatan tinggi tanpa harus tertib masuk ke jalur sepeda yang harus antri dan lebih mengurangi kecepatan akibatnya pengurus," kata Ade Armando.

Kicauan Annisa kemudian buru-buru diklarifikasi oleh Demokrat dengan menyebut itu hanya curahan hati seorang penggemar olahraga bersepeda. Kasus kedua mengenai salah kutip ayat Al-Qur'an yang berusaha melegitimasi Demokrat adalah partai korban fitnah. 

"Cuitannya berbunyi fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Celakanya konsultan ayat Annisa salah ayat yang dirujuk Anisa sebenarnya adalah Al Baqarah 191 sementara di cuitnya menulis Al Baqarah 291.  Ini menggelikan karena Al-Baqarah sebenarnya berakhir pada ayat 286," tambah Ade. 

Dengan deretan blunder memalukan Ini, Ade mengimbau Demokrat untuk menggunakan konsultan komunikasi yang benar. Paling tidak ahli public relation yang pintar dalam menyusun strategi komunikasi.

"Kalau tidak image Partai Demokrat ini akan terus merosot hancur berantakan," demikian Ade.