Bagikan:

JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menegaskan pendidikan menjadi sektor yang akan dibuka paling akhir pada fase kenormalan baru. Hal ini diputuskan karena Gugus Tugas melihat sektor ini paling berisiko di masa pagebluk COVID-19.

"Pendidikan, karena risikonya tinggi, adalah bagian terakhir yang nanti dijadikan sebagai program presiden," kata Doni dalam laporannya saat kunjungan Presiden Joko Widodo di Graha BNPB, Jakarta, Rabu, 10 Juni.

Kebijakan ini juga diterapkan untuk zona kuning dan zona hijau penyebaran COVID-19. Saat ini, ada 44 persen kabupaten/kota di Indonesia yang masuk zona hijau dan kuning. Zona hijau adalah wilayah yang bebas COVID-19, sementara zona kuning merupakan wilayah yang memiliki risiko penularan rendah.

Namun, di dua zona ini, kata Doni, sudah dinilai siap membuka kembali aktivitas mereka untuk memasuki masa kenormalan baru.

Sedangkan, di zona merah, yang berarti tingkat penularan virus tersebut masih tinggi, belum diperbolehkan memasuki fase kenormalan baru. Zona ini masih dalam pengawalan Gugus Tugas. 

Prioritaskan kesehatan insan pendidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan, mereka mengutamakan kesehatan dan keselamatan dalam pelaksanaan tahun ajaran baru 2020/2021 di masa pagebluk COVID-19.

"Kami memprioritaskan kesehatan dan keselamatan para insan pendidikan yaitu guru, murid, dan orang tua," kata Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Evy Mulyani, Selasa, 9 Juni.

Meski tahun ajaran baru dimulai pada Senin pekan ketiga Juli, namun bukan berarti saat itu, siswa akan belajar tatap muka di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah, katanya, akan tergantung dengan kondisi dan situasi di tiap daerah.

"Tahun ajaran baru bukan berarti langsung kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah," ungkapnya.

Evy mengatakan, proses belajar jarak jauh harusnya bisa memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi guru, murid, dan orang tua. Kegiatan belajar harus dilakukan dengan berbagai variasi.

Dia menerangkan, terdapat berbagai alternatif untuk melakukan proses pembelajaran jarak jauh. Pertama, pembelajaran secara daring lewat internet. Kedua, pembelajaran lewat siaran televisi dan radio. Terakhir, pembelajaran lewat modul yang diberikan pada siswa untuk dipelajari sendiri dengan koordinasi antara guru dan orang tua.

Kegiatan belajar dari rumah ini, kata Evy, juga perlu mempertimbangkan akses murid dan orang tua di rumah masing-masing. Selain itu, perlu kolaborasi yang baik antara orang tua dan guru demi pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang maksimal.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, Kemendikbud memang sudah menyiapkan berbagai skenario yang sesuai dengan kondisi di lapangan tentang sektor pendidikan di masa pagebluk. Katanya, keputusan pembukaan sektor pendidikan ini bukan diambil oleh mereka, tapi oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah siap dengan semua skenario tapi bagaimana penangananya dalam skenario apapun itu terus menjadi diskusi dengan pakar dan keputusan itu masih dikaji gugus tugas," kata Nadiem dalam rapat kerja virtual yang ditayangkan di YouTube DPR RI, Rabu, 20 Mei.

Dia mengatakan, setelah Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengambil keputusan, Kemendikbud akan mengeksekusi dan mengatur pelaksanaannya. Nadiem belum tahu pasti soal keputusan dari Gugus Tugas ini. Dia memilih untuk menunggu keputusan dari satgas yang dipimpin oleh Doni Monardo tersebut.

"Saya tidak bisa memberikan statement apapun soal itu. Keputusan ada di Gugus Tugas," tegasnya.