<i>Tracing</i> Lemah, Epidemiolog Unhas prediksi Kasus COVID-19 di Sulsel Bertambah usai Iduladha
ILUSTRASI/IST

Bagikan:

MAKASSARR - Epidemiolog Universitas Hasanuddin Prof Ridwan Amiruddin memprediksi kasus COVID-19 di Sulawesi Selatan akan bertambah usai Iduladha.

"Jadi pertambahan kasus yang terjadi sekarang ini untuk Sulsel itu dengan pertambahan sekitar 500 kasus per hari akan terus bertumbuh sebelum bahkan sesudah Iduladha," kata Prof Ridwan di Makassar dikutip Antara, Senin, 19 Juli.

Epideomolog FKM Unhas ini mengemukakan pertambahan kasus ditengarai kurang efektifnya pelaksanaan tracing atau penelusuran kontak erat yang hanya berada di angka 1:3 terhadap kasus positif COVID-19 di masyarakat.

Padahal, menurutnya, peningkatan tracing sebaiknya dilakukan di angka 1: 30 atau minimal 1: 15 untuk bisa membendung laju kasus COVID-19 yang terus bertambah.

Maka dari itu, Pemprov Sulsel dalam hal ini Satgas COVID-19 diharapkan bisa lebih intensif dalam penerapan 3T secara menyeluruh, mulai dari tindakan melakukan tes COVID-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien COVID-19 (treatment).

"Hanya sekarang lebih fokus pada program treatment saja sehingga semua orientasinya masuk di Rumah Sakit, sementara membendung kasus di luar itu tidak berjalan secara maksimal, tracing yang berjalan ini hanya terbatas bahkan untuk Sulsel rasionya baru di angka 1 : 3," urainya.

Menurut Ridwan, ini berarti kegiatan tracing tidak berjalan dengan baik sehingga harus dibenahi dengan sungguh-sungguh.

"Ini sangat-sangat buruk dalam masa pandemi, karena itu langkah-langkah yang harus dilakukan tentu lebih intensif dalam penerapan 3T," ujar Prof Ridwan yang juga menjadi Ketua Konsultan Satgas COVID-19 Sulsel.

Tidak kalah penting menurutnya adalah meningkatkan kepatuhan dalam protokol kesehatan dan ini harus banyak melibatkan Forkopimda dalam menegakkan disiplin protokol kesehatan.

Saat ditanya terkait Duta Wisata COVID-19 dalam pengendalian kasus corona di Sulsel, Prof Ridwan mengemukakan isolasi mandiri yang dilakukan dari rumah saat ini memiliki tingkat kebocoran 40-50 persen.

"Kalau saya, berdasarkan evaluasi pengendalian COVID-19 melalui Duta Wisata COVID-19, itu efektif mengontrol pertumbuhan kasus di 2020," ungkapnya.