Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi dalam menghadapi masa pagebluk COVID-19. Dalam kebijakaan itu, beberapa tempat umum seperti pusat perbelanjaan atau sentra ekonomi akan dibuka kembali.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja menilai, pembukaan mal atau pusat perbelanjaan pada 15 Juni nanti tidak akan langsung ramai pengunjung. Hal ini karena kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih. Ditambah lagi, daya beli masyarakat saat ini turun. 

Sehingga, sangat dimungkinkan pengelola mal akan mengalami kerugian akibat sepinya pengunjung. Hal ini disebabkan karena biaya pengelolaan yang harus tetap dikeluarkan, tetapi, tidak dibarengi dengan pamasukan yang mencukupi.

"Selama usaha belum pulih normal, maka, sudah tentu akan defisit," ucap Alphonsus kepada VOI, Jumat, 5 Juni.

Kata dia, selain dari sisi ekonomi, sepinya pengunjung karena masyarakat masih waspada akan bahaya COVID-19. Sehingga, meski ada aturan batas maksimal 50 persen dari kapasitas pusat perbelanjaan, tidak akan terlalu banyak berarti. 

"Kami memperkirakan nanti tingkat kunjungan akan mulai bergerak bertahap dan pertumbuhannya akan lambat karena meski sudah ada pelonggaran tapi wabah COVID-19 masih belum berakhir," ungkap Alphonsus.

Sampai kapan mal akan sepi pengunjung?

Alphonsus mengatakan, mal akan kembali ramai sampai vaksin COVID-19 ditemukan, dan pulihnya ekonomi nasional. Sebab, daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara nasional.

"Untuk pusat perbelanjaan diperkirakan usaha baru akan mulai bergerak pulih menuju normal setelah vaksin ditemukan," kata Alphonsus

Sehingga, kata dia, belum bisa diprediksi sampai kapan kondisi usaha pusat perbelanjaan akan kembali normal. Selama ekonomi nasional masih terpuruk, maka, dipastikan kerugian yang akan didapat para pengelola.

Meski demikian, langkah yang dipilih para pengelola pusat perbelanjaan yaitu tetap membuka mal. Sebab, jika tidak dibuka pertumbuhan ekonomi masyarakat tidak akan berjalan dan bisa berakibat fatal.

"Harus tetap beroperasional agar supaya ekonomi bisa mulai bergerak kembali setelah hampir tiga bulan ini relatif terhenti," kata Alphonsus.