Bagikan:

JAKARTA - Pusat perbelanjaan atau mal diproyeksi terus mengalami penurunan okupansi ritelnya sepanjang tahun 2020. Colliers Internasional Indonesia memproyeksikan keterisian ritel di Jabodetabek sampai akhir tahun 2020 ini bakal terus turun.

Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto mengatakan, keterisian akan mengalami penurunan hingga 73 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Menurut dia, akibat pandemi COVID-19 ini toko banyak yang tutup.

"Dari kuartal lalu kami lihat, sudah kelihatan bahwa memang ada penurunan tingkat okupansi dan kami juga antisipasi sampai akhir tahun itu memang banyak beberapa toko itu sudah mulai tutup sedangkan yang lain-lain sembari nunggu dia normal biasanya melakukan renovasi," katanya, dalam acara webinar, Rabu, 8 Juli.

Selain pandemi COVID-19, Ferry mengatakan, penyebab lain toko ritel mengalami penuruan adalah bertambahnya jumlah mal setiap tahun. Hal ini juga turut mempengaruhi.

"Ditambah lagi ada mal baru yang akan masuk di semester kedua 2020 ini dan itu merubah proyeksi okupansi menjadi lebih (sepi) dan sampai akhir 2021 dia memang masih mencari bentuk, masih berusaha untuk stabil dulu," tuturnya.

Tak hanya mengalami sepi dari sisi keterisian ritel, Ferry mengatakan, mal juga mengalami penurunan jumlah pengunjung. Meskipun, kata dia, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi telah memperbolehkan mal kembali beroperasi.

"Ada perintah bahwa mal bisa dibuka lagi, memang jumlahnya (pengunjung) belum begitu tinggi, jadi traffic-nya belum kembali ke normal, masih ada beberapa kekhawatiran terutama dari pengunjung yang sangat concern terhadap kesehatan, mereka masih menghindari tempat-tempat keramaian," ucapnya.

Selain itu, kata Ferry, pandemi COVID-19 ini telah mengubah perilaku konsumen mengalami perubahan. Masyarakat cendurung memilih berbelanja melalui daring atau online. Tren belanja online yang terus mengalami peningkatan ini, juga turut mempengaruhi sepinya pengujung mal.

Namun, kata Ferry, pihaknya yakin mal tidak akan ditinggalkan begitu saja, sebab ada pengalaman berbelanja yang berbeda di mal dibandingkan belanja online.

Masih Takut

Sebelumnya, asosiasi pengelola pusat belanja Indonesia (APPBI) menyebut mal atau pusat perbelanjaan masih sepi pengunjung meski sudah dibuka selama sepekan. Hal itu lantaran konsumen khawatir tertular COVID-19.

Sedikitnya jumlah pengunjung yang berbelanja di mal menyebabkan hanya 80 persen gerai-gerai ritel yang kembali beroperasi. Sebagian besar gerai yang telah beroperasi yaitu milik pengusaha yang memiliki modal kuat.

Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan mengatakan, meski mengalami peningkatan namun belum siginifikan. Hal ini karena pengunjung mal juga dibatasi di masa pandemi COVID-19.

"Kalau kami lihat hasil kemarin dari awal sampai sekarang memang ada peningkatan. Walaupun peningkatan itu pelan, tapi kelihatan sekali ada peningkatan. Awal hanya 20 persen yang datang, minggu ini kami lihat sudah 30-40 persen. Jadi memang ada peningkatan," tuturnya, dalam acara Special Dialogue IDX Channel, Kamis, 25 Juni.