Jalani Operasi Anti-pembajakan, Ratusan Awak Kapal Perusak Korea Selatan Terinfeksi COVID-19 di Afrika
Ilustrasi Kapal Perusak ROKS Munmu the Great (DDH 976). (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class Rebecca J. Moat)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Korea Selatan bersiap untuk melakukan evakuasi ratusan prajuritnya dari kapal perang jenis perusak ROKS Munmu the Great (DDH 976), yang tengah mengikuti operasi anti-pembajakan di laut lepas Afrika setelah wabah COVID-19.

Mengutip kantor berita Yonhap, Senin 19 Juli, Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan mengonfirmasi 247 dari 310 pelaut unit Cheonghae dinyatakan positif COVID-19. 

Unit tersebut pertama kali melaporkan enam kasus COVID-19 minggu lalu, yang menyebabkan tes virus dilakukan pada seluruh kru. Sebagian besar pelaut diisolasi di atas kapal ROKS Munmu the Great (DDH 976). Sementara, 16 pelaut lainnya dikirim ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. 

Semua awak kapal perang diperkirakan akan pulang pada Selasa 20 Juli waktu setempat, setelah Pemerintah Korea Selatan memutuskan mengirimkan dua pesawat pengangkut untuk menjemput mereka.

Sementara, kapal perusak, bagian dari misi anti-pembajakan di Teluk Aden dan Selat Hormuz, akan dikemudikan kembali ke pangkalannya di Korea Selatan oleh tim pelaut pengganti. 

Wabah ini adalah yang paling serius sejak militer melaporkan kasus COVID-19 pertamanya pada Februari tahun lalu, di tengah meningkatnya kritik terhadap tanggapan angkatan bersenjata Korea Selatan mengenai penyakit dalam pasukan mereka.

Tidak ada seorang pun di unit yang divaksinasi karena mereka telah meninggalkan Korea Selatan sebelum negara itu memulai kampanye vaksinasi COVID-19.

"Kami akan meninjau dan melengkapi pedoman militer tentang manajemen pasukan di luar negeri, termasuk bagaimana menanggapi penyakit menular," sebut seorang pejabat Kementerian Pertahanan seperti dikutip Yonhap.

Infeksi tampaknya telah dimulai setelah kapal berlabuh di pelabuhan Afrika pada akhir Juni untuk memuat pasokan, sebut Yonhap. Seorang pelaut menunjukkan gejala pilek, sehari setelah kapal perusak meninggalkan pelabuhan. Dia tidak diuji untuk COVID-19 dan tidak dikarantina.

Setelah belasan prajurit lain mengalami gejala serupa sekitar seminggu kemudian, pihak berwenang melakukan tes COVID-19 dengan alat tes cepat, alih-alih tes PCR yang lebih akurat, yang semuanya negatif. Hanya ketika enam sampel dikirim untuk tes PCR, kasus pertama dikonfirmasi, menurut para pejabat.

Terpisah, Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyebut sekitar 73 persen dari sekitar 1.300 tentara Negeri Ginseng yang menjalani misi luar negeri, telah menerima vaksinasi COVID-19.