Kementerian Pertahanan Korea Selatan Gelar Audit Wabah COVID-19 di Kapal Perusak ROKS Munmu The Great
Ilustrasi Kapal Perusak ROKS Munmu The Great (DDH 976) milik Korea Selatan. (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Mass Rebecca J. Moat)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pertahanan Korea Selatan meluncurkan inspeksi terkait wabah virus corona, yang menginfeksi 90 persen dari 301 anggota unit anti-pembajakan Cheonghae yang berada di Kapal Perusak ROKS Munmu The Great (DDH 976).

Wabah ini membuat kapal tersebut terpaksa menghentikan operasi anti-teror yang tengah dijalankan di perairan lepas Afrika, terpaksa kembali ke pangkalan di Korea Selatan.

Sebuah tim beranggotakan 10 orang dari kantor inspektur kementerian akan memeriksa apakah militer, termasuk Kepala Staf Gabungan, Angkatan Laut, Komando Medis Angkatan Bersenjata, Unit Cheonghae dan biro kementerian terkait, merespons wabah COVID-19 dengan di kapal perusak berbobot 4.400 ton tersebut selama dua minggu ke depan.

Sebelumnya, militer mendapat kecaman karena respon awalnya yang buruk terhadap wabah COVID-19, tidak segera mencari cara untuk memvaksin prajuritnya yang bertugas di luar negeri. Tak satu pun prajurit unit Cheonghae telah divaksinasi, karena mereka meninggalkan Korea Selatan pada awal Februari, beberapa minggu sebelum Negeri Ginseng memulai kampanye vaksinasi.

"Kementerian Pertahanan akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh, dan berdasarkan hasil, mengambil tindakan yang sesuai pada mereka yang bertanggung jawab," sebut kementerian dalam pernyataannya seperti melansir Korea Times Kamis 22 Juli.

Unit Cheonghae pertama kali melaporkan enam kasus virus minggu lalu, dan tes selanjutnya pada semua anggota kru mengkonfirmasi total 271 infeksi. Semua 301 anggota diterbangkan ke Korea Selatan Selasa, dan dikirim ke rumah sakit militer serta pusat perawatan untuk karantina.

Wakil Menteri Pertahanan Park Jae-min mengatakan pada Hari Rabu, infeksi massal tampaknya dimulai setelah kapal perusak tersebut merapat di salah satu pelabuhan di Afrika, untuk memuat ulang logistik pada 28 Juni hingga 1 Juli.

Suatu hari setelah kapal meninggalkan pelabuhan, petugas pertama kali menunjukkan gejala pilek, tetapi hanya diberi obat flu.

Park mengatakan, penyelidikan diperlukan untuk mengetahui rute infeksi yang tepat, karena semua anggota layanan mengenakan alat pelindung ketika mereka memuat ulang logistik.

Tim audit juga diharapkan untuk melihat bagaimana wabah massal dimulai, meskipun penyelidikan harus sebagian besar bergantung pada kesaksian para pelaut.

Rencananya, kapal perusak tersebut tiba di Korea Selatan sekitar Bulan September mendatang. Kapal akan dikemudikan oleh tim pelaut yang baru, serta menjalani desinfeksi sebelumnya.

Pada Hari Kamis, kementerian mengatakan seorang pelaut yang sebelumnya dites negatif ditemukan telah tertular virus, meningkatkan total beban kasus di antara unit Cheonghae menjadi 271.

Untuk diketahui, dari jumlah tersebut, 17 orang, termasuk satu yang menunjukkan gejala berat, berada di rumah sakit, sedangkan sisanya berada di pusat perawatan. Tiga puluh anggota yang dites negatif juga telah diisolasi di fasilitas karantina militer, berdasarkan data Kementerian Pertahanan.