Bukan Skema Penyekatan Penyebab Kemacetan Tapi Masyarakat Bandel Yang Jadi 'Biang Kerok'
Panser Anoa di titik penyekatan PPKM Darurat kawasan Lenteng Agung (FOTO: Moksa Hutasoit)

Bagikan:

JAKARTA - Skema penyekatan di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat disebut banyak pihak sebagai penyebab utama kemacetan dan penumpukan.

Di awal penerapan skema itu, semua titik penyekatan terjadi kemacetan. Bahkan yang terparah terjadi di titik penyekatan di kawasan Lenteng Agung dan Kalimalang.

Tapi, Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya kompak membantah anggapan itu. Mereka menyebut penyebab kemacetan adalah masyarakat yang membandel.

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyebut masyarakat bandel itu yang menjadi penyebab utama. Sebab, jika mereka menaati aturan dengan tetap di rumah, kemacetan tak akan terjadi.

"Jangan dibalik cara berpikirnya jangan penyekatan dibilang sebabkan kemacetan. Orang-orang yang tidak perlu keluar itu yang bikin macet," kata Irjen Fadil kepada wartawan, Rabu, 7 Juli.

Karena itu, Irjen Fadil meminta masyarakat untuk saling mengedukasi perihal PPKM Darurat. Sebab, kemacetan sangat berdampak bagi para tenaga kesehatan.

Mereka terkendala dalam perjalanan. Padahal di saat angka penularan COVID-19 yang tinggi, para tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk menangani pasien.

"Jadi tolong didik masyarakat sampaikan ke masyarakat yang bikin macet itu mereka yang tidak seharusnya keluar, malah keluar sehingga menyebabkan kemacetan dan menghalangi tenaga kesehatan untuk lewat," tegas Irjen Fadil.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukannya terhadap 10 penumpang transportasi umum, hanya satu orang yang memenuhi klasifikasi dalam aturan PPKM Darurat. Sisanya, tidak termasuk pekerja di sektor esensial dan kritikal.

"Jadi intinya bukan penyekatan yang sebabkan kemacetan dan kerumunan. Orang yang tidak punya kepentingan yang masih banyak keluar. Jadi jangan dibolak-balik gitu," kata Irjen Fadil.

Senada, Pangdam Jaya Mayjen TNI Mulyo Aji menyebut penerapan skema penyekatan terpaksa dilakukan karena kondisi Jakarta sudah sangat parah dari penyebaran COVID-19. Tapi, segelintir masyarakat seolah tak memperdulikan aturan dan kebijakan yang dibuat.

Mereka tetap memilih keluar rumah dengan alasan bekerja. Tapi tak memikirkan kondisi penyebaran COVID-19 yang menggila.

"Yang disampaikan tadi kan kenapa yang kita sekat malah tambah macet. Sekarang kita balik, kenapa ada PPKM emergency, PPKM emergency karena kondisi darat darurat COVID-19, maka, kita salah satunya membatasi mobilitas," kata Mayjen Mulyo Aji.

Selain itu, Pangdam juga menyampaikan pernyataan yang agak menyindir. Dia menyebut segelintir masyarakat yang justru mencari masalah di tengah pandemi COVID-19.

Alasannya, saat penyebaran COVID-19 yang pernyebarannya semakin tinggi, masih ada saja yang mencoba masuk ke Jakarta. Padahal sudah dilarang demi kesehatan dan kebaikan bersama.

"Sekarang kalau mereka datang ke sini, tidak kita batasi, tahu yang paling banyak masalah adalah DKI, maka kita balik, yang bikin masalah yang mau masuk atau kita yang menyekat?" kata Pangdam.

Bahkan, Pangdam menyebut ratusan pasien yang masuk setiap harinya ke RSDC Wisma Atlet merupakan para karyawan dari berbagai perusahaan. 

Dengan alasan itu, maka diterapkan penyekatan dan perusahaan yang berada di luar sektor esensial dan kritikal diminta untuk tidak beroperasi sementara.

"Sekarang pertanyaannya, dampak enggak kepada kami, saya yang mengatur di RSDC di Wisma Atlet, mereka masuk tidak pernah ngasih tahu bahwa saya dari perusahaan A, B, C, D tapi mereka adalah umumnya karyawan yang dikirim perusahaan. Di mana, umumnya kami pemerintah yang suruh nanggung. Maka, di balik lah perkataan tadi, intinya mari kita mengurangi aktivitas, mari kita mengurangi kegiatan," papar Mayjen Mulyo.

Di akhir pernyataannya, Pangdam meminta masyarakat untuk saling membantu menyukseskan PPKM Darurat. Sehingga, Indonesia khususnya Jakarta cepat keluar dari masa pandemi COVID-19.

"Mari RT/RW, kemudian tokoh masyarakat tolong dijelaskan ke semua yang ada, agar mengurangi mobilitas, tidak keluar," kata dia.