Bagikan:

JAKARTA - Panglima pasukan elite Iran mengklaim, militer negara tersebut memiliki drone dengan jangkauan hingga 7 ribu kilometer, atau sekitar 4.375 mil sebut media pemerintah Iran.

Klaim ini disebut menjadi perhatian Washington, lantaran khawatir terhadap stabilitas regional di kawasan tersebut. Selain itu, pernyataan ini muncul di tengah upaya Iran, Amerika Serikat (AS) dan kekuatan dunia lainnya untuk kembali dalam Kesepakatan Nuklir 2015.

Analis militer Barat mengatakan Iran terkadang melebih-lebihkan kemampuannya, tetapi drone adalah elemen kunci dalam pengawasan perbatasan Teheran, terutama perairan Teluk di sekitar Selat Hormuz, tempat seperlima dari pasokan minyak dunia mengalir.

Iran dan pasukan regional yang didukungnya semakin mengandalkan drone di Yaman, Suriah, Irak dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami memiliki kendaraan udara tak berawak (drone) dengan jangkauan jarak jauh 7.000 kilometer. Mereka dapat terbang, pulang ke rumah dan mendarat di mana pun mereka berencana," kata Panglima Korps Garda Revolusioner Islam Hossein Salami seperti mengutip Reuters dari IRNA, Seni 28 Juni.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden berusaha untuk menghidupkan kembali dan akhirnya memperluas pakta nuklir untuk memberikan batasan yang lebih besar pada program nuklir dan rudal Iran, serta membatasi kegiatannya.

Sementara, Teheran telah mengesampingkan negosiasi mengenai rudal balistik dan perannya di Timur Tengah, di mana Iran yang dipimpin Syiah dan Arab Saudi Sunni telah terlibat dalam perang proksi.

Untuk diketahui, Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump keluar dari Kesepakatan Nuklir 2015 pada tahun 2018. Setahun kemudian, Trump mulai menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

Ini dibalas Iran dengan melanggar kesepakatan, memperkaya uranium miliknya hingga saat ini mencapai kemurnian 60 persen. Terbaru, Iran bahkan mengklaim berhasil memproduksi 6,5 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen.