Varian Delta Menggila, Kasus Infeksi COVID-19 di Inggris Meningkat 50 Persen
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/Fars News Agency/Mohsen Atayi)

Bagikan:

JAKARTA - Tim peneliti Inggris menyebut varian Delta virus corona mendorong peningkatan kasus infeksi COVID-19 di Inggris sebulan terakhir sejak Mei lalu. 

Dalam studi prevalensi yang dipimpin Imperial College disebutkan, varian Delta yang pertama kali teridentifikasi di India, mendorong lonjakan kasus infeksi COVID-19 hingga 50 persen

Pemerintah Inggris mengatakan, data tersebut mendukung keputusan Perdana Menteri Boris Johnson untuk menunda berakhirnya pembatasan COVID-19 di Inggris hingga 19 Juli. Pertimbangannya, ancaman varian Delta dan kebutuhan untuk memvaksinasi lebih banyak orang.

Putaran terakhir dari survei prevalensi REACT-1, yang dilakukan antara 20 Mei dan 7 Juni, menemukan prevalensi sebesar 0,15 persen, dibandingkan dengan 0,10 persen pada kumpulan data terakhir pada akhir April hingga awal Mei.

"Prevalensi meningkat secara eksponensial, didorong oleh usia yang lebih muda dan tampaknya berlipat ganda setiap 11 hari. Jelas, itu adalah berita buruk," jelas Profesor Dinamika Penyakit Menular Imperial College London Steven Riley, seperti melansir Reuters Kamis 17 Juni.

Studi ini adalah salah satu survei prevalensi terbesar di Inggris, dengan 109.000 sukarelawan diuji dalam putaran terakhirnya. Riley menambahkan, tingkat vaksinasi yang tinggi di Inggris membuat sulit untuk memprediksi, berapa lama pertumbuhan eksponensial itu akan berlangsung.

Lebih dari setengah populasi orang dewasa Inggris telah menerima dua dosis vaksin COVID-19, dan lebih dari tiga perempat orang dewasa telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.

Meskipun varian Delta terbukti secara substansial mengurangi efektivitas satu dosis vaksin terhadap infeksi ringan, dua dosis masih memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah, bukti awal telah menunjukkan.

"Temuan ini menyoroti konteks nyata, di mana kami mengambil keputusan sulit untuk menunda Langkah 4 dari peta jalan keluar dari penguncian," terang Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, merujuk pada pencabutan pembatasan terakhir yang tersisa di Inggris.

"Kita semua harus menahan keberanian kita sedikit lebih lama saat peluncuran vaksin kita berlanjut," tandasnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Boris Johnson menunda rencananya untuk mencabut sebagian besar pembatasan COVID-19 yang tersisa selama satu bulan pada Hari Senin lalu, karena cepatnya penyebaran varian Delta yang lebih menular. 

"Saya pikir masuk akal untuk menunggu sedikit lebih lama. Seperti yang terjadi dan pada bukti yang bisa saya lihat sekarang, saya yakin kami tidak akan membutuhkan lebih dari empat minggu," terang PM Johnson.

"Dengan berhati-hati sekarang, kami memiliki kesempatan dalam empat minggu ke depan untuk menyelamatkan ribuan nyawa dengan memvaksinasi jutaan orang lagi," sambungnya. 

Untuk diketahui, Inggris secara resmi melaporkan hampir 128.000 kematian akibat COVID-19 sejak awal pandemi, menjadi jumlah tertinggi ketujuh secara global.