Disebut NATO Tantangan Sistemik, China: Kami Bukan Tantangan, Tapi Tidak Acuh Jika Ada Tantangan
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/Ecow)

Bagikan:

JAKARTA - Misi China untuk Uni Eropa mendesak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Hari Selasa 15 Juni waktu setempat, untuk berhenti membesar-besarkan teori ancaman China.

Desakan ini dikeluarkan setelah NATO menyebut China sebagai tantangan sistemik dalam pernyataan bersamanya, usai pertemuan puncak pada Senin 14 Juni kemarin di Brussel, Belgia. 

"Ambisi dan perilaku tegas China menghadirkan tantangan sistemik bagi tatanan internasional berbasis aturan dan area yang relevan dengan keamanan aliansi,” kata para pemimpin NATO dalam pernyataan bersamanya seperti melansir Reuters.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengajak pemimpin negara-negara anggota NATO untuk melawan otoritarianisme China dan kekuatan militer yang meningkat, sebuah perubahan fokus untuk aliansi yang sebelumnya diarahkan ke Uni Soviet selama Perang Dingin.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, kehadiran militer China yang berkembang dari Baltik ke Afrika, membuat NATO harus bersiap.  .

"China semakin dekat dengan kami. Kami melihat mereka di dunia maya, kami melihat China di Afrika, tetapi kami juga melihat China berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur penting kami sendiri," tukasnya, merujuk pada pelabuhan dan jaringan telekomunikasi.

"Pernyataan NATO 'memfitnah' perkembangan damai China, salah menilai situasi internasional, dan menunjukkan mentalitas Perang Dingin," tulis China di situs web misi tersebut sebagai tanggapan atas tudingan NATO.

"China selalu berkomitmen untuk pembangunan damai. Kami tidak akan menimbulkan 'tantangan sistemik' kepada siapa pun. Tetapi jika ada yang ingin mengajukan 'tantangan sistemik' kepada kami, kami tidak akan tetap acuh tak acuh," tegas China di situs web tersebut.

Sehari sebelumnya, pertemuan negara-negara G7 di Inggris selama akhir pekan, menyoroti China atas hak asasi manusia di wilayah Xinjiang, menyerukan Hong Kong untuk menjaga otonomi tingkat tinggi dan menuntut penyelidikan penuh tentang asal-usul virus corona di China.

Sebagai tanggapan, Kedutaan Besar China di London dengan tegas menentang tudingan terkait Xinjiang, Hong Kong dan Taiwan, yang dikatakan memutarbalikkan fakta, seraya mengungkap niat jahat dari beberapa negara seperti Amerika Serikat.