JAKARTA - Pakar menilai langkah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk meningkatkan potensi militernya, hanya akan meningkatkan ketegangan di dalam aliansi dan mengganggu struktur keamanan Eropa.
"Meningkatkan potensi militer adalah bagian dari upaya NATO dalam ekspansi ke timur dan ini dilakukan sebagian besar untuk menginspirasi dan menyesatkan beberapa negara Eropa Timur. Ini membutuhkan keuangan dan langkah-langkah untuk menyiapkan struktur organisasi yang tidak mungkin dilakukan segera," ujar Direktur Eksekutif Masyarakat Shanghai untuk Rusia dan Asia Tengah Li Lifan kepada TASS, seperti dikutip 4 Juli.
"Sebaliknya, ini dapat meningkatkan ketegangan internal dan mengganggu struktur keamanan Eropa yang tidak berkorelasi dengan kepentingan perdamaian global," sambung Lifan.
Komentar ini datang setelah aliansi keamanan tersebut mengadak KTT di Madrid, Spanyol pekan lalu. Blok militer pimpinan AS menyetujui konsep strategis baru yang merupakan peta jalan aliansi untuk 10 tahun ke depan.
Konsep itu menyebut Rusia sebagai 'ancaman paling signifikan dan langsung NATO'. Dan, untuk pertama kalinya menyebut China, yang tidak dipandang sebagai musuh militer langsung, tetapi digambarkan sebagai tantangan sistemik.
Mengutip Reuters, Stoltenberg mengatakan NATO di masa depan akan memiliki lebih dari 300.000 tentara dalam siaga tinggi, dibandingkan dengan 40.000 tentara yang saat ini membentuk kekuatan reaksi cepat aliansi yang ada, NATO Response Force (NRF).
Stoltenberg mengatakan unit-unit tempur NATO di sayap timur aliansi yang paling dekat dengan Rusia, terutama negara-negara Baltik, akan ditingkatkan ke tingkat brigade, dengan ribuan tentara yang telah ditugaskan sebelumnya siaga di negara-negara lebih jauh ke barat, seperti Jerman sebagai pusat bala bantuan cepat.
"Bersama-sama, ini merupakan perombakan terbesar dari pencegahan dan pertahanan kolektif kita sejak Perang Dingin," terangnya.
BACA JUGA:
Terpisah, pejabat NATO yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, langkah itu akan memungkinkan NATO untuk merespons dengan lebih banyak pasukan dalam waktu singkat jika diperlukan.
Pejabat itu menambahkan bahwa skala dan komposisi pasukan yang tepat masih dikerjakan dan transisi direncanakan selesai pada 2023.