JAKARTA - Moskow dan Washington berbagi logika tentang tidak dapat diterimanya konfrontasi, termasuk konfrontasi militer, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam wawancara dengan blogger AS Mario Nawfal, Larry Johnson dan Andrew Napolitano.
"Sangat dipahami bahwa negara-negara seperti Amerika Serikat dan Rusia tidak akan pernah memiliki kepentingan nasional yang sama," kata Menlu Lavror dikutip dari TASS 13 Maret.
"Mereka tidak akan sejalan, mungkin bahkan 50 persen atau kurang. Namun, ketika mereka sejalan, dan situasi ini, jika kita adalah politisi yang bertanggung jawab, harus digunakan untuk mengembangkan kepentingan yang simultan dan serupa ini menjadi sesuatu yang praktis yang akan saling menguntungkan, baik itu proyek ekonomi, proyek infrastruktur, atau hal lainnya," urai diplomat utama Rusia itu.
Diplomasi gerak cepat yang bermula dari panggilan telepon Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu, membawa angin sejuk di tengah ketegangan hubungan kedua negara.
Setelahnya, kedua negara menggelar dua putaran pertemuan delegasi tingkat tinggi, pertama di Riyadh, Arab Saudi pada 18 Februari, kedua pertemuan di Istanbul, Turki pada 27 Februari.
"Kita semua melihat betapa cepatnya dunia berubah, situasi di dunia. Dalam hal ini, saya ingin mencatat bahwa kontak pertama dengan pemerintahan AS yang baru menginspirasi harapan tertentu," kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan Dinas Keamanan Federal akhir bulan lalu.
"Ada dedikasi bersama untuk bekerja memulihkan hubungan antarnegara dan secara bertahap menyelesaikan sejumlah besar masalah sistemik dan strategis yang terakumulasi dalam arsitektur global," lanjutnya.
BACA JUGA:
Menlu Lavrov menekankan, selama pembicaraan antara Rusia dan AS di Riyadh, kedua belah pihak menekankan "ketika kepentingan tidak sejalan dan saling bertentangan, maka negara-negara yang bertanggung jawab harus melakukan segala hal untuk tidak membiarkan kontradiksi ini berubah menjadi konfrontasi."
"Terutama konfrontasi militer yang akan menjadi bencana bagi banyak negara lain. Kami memberi tahu mereka bahwa kami sepenuhnya setuju dengan logika ini," kata Menlu Lavrov.
Menurutnya, itu "benar-benar cara Presiden (Vladimir) Putin ingin dan menjalankan kebijakan luar negeri (Rusia)."
"Sejak menjadi Presiden, ia selalu menggarisbawahi dalam kontak-kontaknya, kami tidak memaksakan apa pun kepada siapa pun dan bahwa kami mencari keseimbangan kepentingan. Logikanya sama sekali," tandas Menlu Lavrov.