JAKARTA - Hungaria tidak ingin NATO menjadi blok anti-China, dan tidak akan mendukung hal tersebut, kata Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto.
Dalam komentarnya di sela-sela KTT NATO di Washington, ia mengatakan masuknya Ukraina ke dalam aliansi militer akan melemahkan persatuan dalam kelompok tersebut.
Rancangan komunike KTT menggambarkan China sebagai pendukung utama upaya perang Rusia di Ukraina, dan mengatakan Beijing terus menimbulkan tantangan sistemik terhadap Eropa dan keamanan. Tiongkok mengatakan komunike tersebut bias dan "menebarkan perselisihan".
“NATO adalah aliansi pertahanan… kita tidak dapat mengaturnya menjadi blok anti-Tiongkok,” kata Szijjarto kepada televisi pemerintah Hungaria sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang upaya membangun aliansi NATO di Indo-Pasifik dilansir Reuters, Kamis, 11 Juli.
China adalah mitra perdagangan dan investasi yang penting bagi Hongaria. Negara-negara anggota Uni Eropa lainnya berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada Beijing.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada Senin, 8 Juli, untuk membahas potensi perjanjian perdamaian Ukraina setelah kunjungan ke Kyiv dan Moskow.
Pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin membuat marah beberapa pemimpin Uni Eropa karena blok tersebut berusaha menghindari kontak tingkat tinggi dengan Moskow terkait perang di Ukraina.
BACA JUGA:
Pada KTT NATO, para pemimpin telah menjanjikan dukungan mereka terhadap Ukraina, dan rancangan komunike menegaskan kembali dukungan terhadap Ukraina dalam perjalanannya menuju keanggotaan NATO.
“Pengakuan Ukraina tidak akan memperkuat tetapi melemahkan aliansi persatuan tersebut, karena ada sudut pandang yang sangat berbeda mengenai keanggotaan mereka,” kata Szijjarto.
“Keanggotaan Ukraina di NATO tidak akan memperkuat karakter pertahanan aliansi tersebut karena, dalam praktiknya, hal itu akan menciptakan risiko konflik terbuka antara Rusia dan NATO,” imbuhnya.