Presiden Erdogan Sebut Pembakaran Al-Qur'an Bukan Kebebasan Berekspresi, Bagaimana Nasib Aksesi NATO Swedia?
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Bagikan:

JAKARTA - Turki tidak akan mencabut penentangannya terhadap pencalonan Swedia sebagai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), kecuali jika berhenti melindungi kelompok yang dianggap Ankara sebagai teroris, dengan pembakaran Al-Qur'an bukan kebebasan berekspresi, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan Hari Senin.

Demonstrasi yang diwarnai pembakaran Al-Qur'an di Stockholm, Swedia pekan lalu yang bertepatan dengan Iduladha membuat Turki semakin marah, dinilai akan mempengaruhi aksesi Swedia.

Presiden Erdogan mengutuk keras penodaan Al-Qur'an di Swedia, dengan mengatakan tindakan permusuhan tidak dapat dinilai berdasarkan kebebasan berekspresi.

"Fakta bahwa penodaan Al-Qur'an terjadi di bawah perlindungan polisi di Swedia adalah bencana," kata Presiden Erdogan kepada wartawan setelah rapat kabinet di ibu kota Ankara, dilansir dari Daily Sabah 4 Juli.

Sebelumnya, Turki telah berulang kali mengatakan, Swedia perlu mengambil langkah tambahan terhadap pendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang dan anggota jaringan yang dianggap bertanggung jawab oleh Ankara atas upaya kudeta tahun 2016. Turki memperlakukan kedua kelompok itu sebagai organisasi teroris.

Turki mengharapkan Swedia berhenti melindungi anggota kedua kelompok, kata Presiden Erdogan dalam pidatonya setelah rapat kabinet.

"Setiap orang harus mengakui bahwa mereka tidak dapat menjalin persahabatan dengan Turki dengan membiarkan teroris berdemonstrasi di lapangan paling sentral di kota mereka," katanya, seperti mengutip Reuters.

Dalam beberapa bulan terakhir, pengunjuk rasa di Stockholm mengibarkan bendera yang menunjukkan dukungan untuk PKK, yang juga dianggap sebagai kelompok teroris oleh sekutu Barat Turki, termasuk Swedia.

"Posisi kami, harapan dan janji yang dibuat semuanya sudah jelas. Saat ini, kami mempertahankan prinsip yang sama dengan yang kami pertahankan tahun lalu. Kami hanya ingin mereka tetap setia pada apa yang mereka tanda tangani," tegas Presiden Erdogan, merujuk pada aksesi keanggotan NATO oleh Swedia.

Swedia mengatakan telah menegakkan bagiannya dari kesepakatan yang dicapai dengan Turki di Madrid tahun lalu yang bertujuan untuk mengatasi masalah keamanan Ankara, termasuk mengeluarkan undang-undang anti-terorisme baru bulan ini. Tetapi Turki mengatakan perubahan undang-undang Swedia "tidak berarti", sementara pendukung PKK mengadakan protes di negara itu.

Diketahui, Swedia dan Finlandia melamar keanggotaan NATO tahun lalu, membuang kebijakan non-blok militer yang telah lama dipegang setelah invasi Rusia ke Ukraina. Permohonan keanggotaan harus disetujui oleh semua anggota NATO, tetapi Turki dan Hungaria belum menyetujui tawaran Swedia. Finlandia sendiri sudah mendapat lampu hijau dari Turki.

Februari lalu, Presiden Erdogan jelas menyebut tidak akan menyetujui aksesi Swedia selama masih ada pembakaran Al-Qur'an, buntut pembakaran Al-Qur'an oleh politisi sayap kanan Swedia Rasmus Paludan di depan kedutaan Turki di Stockholm.

"Swedia tidak perlu repot-repot mencoba pada titik ini. Kami tidak akan mengatakan 'ya' untuk aplikasi NATO mereka selama mereka mengizinkan pembakaran Al-Qur'an," tegas Presiden Erdogan kala itu.