Lagi, Presiden Brasil Bolsonaro Beda Pendapat dengan Menteri Kesehatan
Ilustrasi penanganan COVID-19 di Brasil. (Wikimedia Commons/Alice Mafra)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengungkapkan menteri kesehatan negaranya tengah mempersiapkan rencana, terkait kebijakan mengizinkan orang yang sudah divaksinasi, tidak lagi menggunakan masker. 

Bolsonaro yang sejak awal menentang penguncian dan jarak sosial, meski Brasil termasuk tiga teratas negara terinfeksi virus corona, menyampaikan hal tersebut dalam pidatonya pada Kamis waktu setempat.

"Mereka berguna untuk orang yang terinfeksi. Karantina adalah untuk mereka yang terinfeksi," katanya seperti melansir Reuters Jumat 11 Juni. 

Sementara itu, Menteri Kesehatan Marcelo Queiroga mengungkapkan, Presiden Bolsonaro telah memintanya untuk memelajari mengenai penggunaan masker di Brasil. 

Alih-alih melepas masker, Queiroga bersaksi di depan Komisi Penyelidikan Senat jika masker harus digunakan untuk mencegah penularan. Tak hanya itu, ia juga membantah Presiden Bolsonaro tentang hydroxychloroquine, dengan mengatakan tidak ada bukti obat anti-malaria itu efektif dalam mengobati pasien COVID-19.

Pada siaran web mingguan kepada para pendukungnya, Presiden Bolsonaro membela penggunaan klorokuin dan mengatakan itu telah membantu mengurangi kematian akibat COVID-19 di Brasil, yang menurutnya telah dilaporkan berlebihan dengan memasukkan kematian yang disebabkan oleh penyakit lain.

Melansir Worldometers, hingga Jumat 11 Juni Brasil menduduki peringkat ketiga negara dengan kasus infeksi COVID-19 di dunia, di mana total ada 17.215.159 kasus infeksi COVID-19. Namun, dari angka kematian Brasil menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat dengan 481.135 kematian.  

Senat Brasil juga menggelar penyelidikan terkait dengan lambatnya program vaksinasi di Brasil, apakah ada faktor kesengajaan dari Presiden Bolsonaro sengaja menunda mengamankan pasokan vaksin COVID-19 tepat waktu.

Untuk diketahui, selama setahun pandemi COVID-19, jabatan menteri kesehatan sudah dijabat oleh empat orang berbeda. Perbedaan strategi penanganan COVID-19 dengan Presiden Bolsonaro menjadi salah satu penyebabnya.

Data Kementerian Kesehatan Brasil mencatat, baru 23,6 persen penduduk Negeri Samba yang sudah menerima dosis pertama vaksin COVID-19. Dan, baru sekitar 10,2 persen penduduk yang sudah menerima vaksinasi penuh dua dosis.