JAKARTA - Jumlah kematian akibat COVID-19 di Brasil mendekati angka 400 ribu, setelah Kementerian Kesehatan pada Hari Rabu melaporkan 3.163 kematian baru COVID-19 dalam 24 jam. Sehingga, total jumlah kematian menjadi 398.185.
Kementerian Kesehatan Brasil juga melaporkan 79.726 kasus virus korona baru yang dikonfirmasi, sehingga Brasil kini memiliki total 14.521.289 kasus COVID-19.
Jumlah kematian terburuk akibat COVID-19 masih tercatat di Amerika Serikat, dengan lebih dari 570.000 korban secara total. Tetapi, Negeri Paman Sam mencatat kurang dari seribu kematian per hari dalam beberapa pekan terakhir, melansir Reuters, Kamis 29 April.
Krisis COVID-19 Brasil telah lepas kendali dalam beberapa bulan terakhir, dengan pembatasan tambal sulam pada sirkulasi dan varian virus corona yang sangat menular yang mendorong infeksi.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menuai kritik keras karena mengecilkan bahaya virus, menghindari pemakaian masker dan mendorong solusi yang belum terbukti. Termasuk juga keengganannya untuk menerapkan lockdown.
"Kami tidak akan menerima politik tinggal di rumah dan menutup semuanya. Tidak akan ada penutupan nasional," tegas Presiden Bolsonaro dalam pidatonya di Kota Chapeco, awal bulan ini seperti melansir Al Jazeera.
Bahkan, pekan lalu ia menyebut tidak menutup kemungkinan untuk mengerahkan tentara untuk memulihkan ketertiban, jika tindakan penguncian yang dilawannya menimbulkan kekacauan.
"Kebijakan lockdown itu, karantina, tidak masuk akal. Jika kita memiliki masalah, kita memiliki rencana bagaimana bertindak. Saya adalah kepala tertinggi angkatan bersenjata," tukas Bolsonaro, seraya menyebut penguncian akan memperburuk kelaparan.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, selama pandemi COVID-19, Brasil sudah memiliki empat menteri kesehatan. Terbaru, Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengumumkan penunjukan menteri kesehatan yang baru, Marcelo Queiroga, ahli penyakit jantung untuk menjadi pemimpin baru dalam perang menghadapi pandemi COVID-19 pada Maret lalu.
Sebelumnya, berturut-turut ada nama Luiz Henrique Mandetta, Nelson Teich dan Eduardo Pazuello. Semuanya memiliki perbedaan pandangan dengan Bolosanaro terkait penanganan COVID-19 hingga akhirnya dicopot dari jabatannya.